PALU EKSPRES, JAKARTA – Pertemuan konsolidasi nasional di Jakarta untuk mengkritisi kinerja pemerintahan Jokowi-JK sudah diagendakan. Ini mengindikasikan bahwa mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Tanah Air sudah siuman.
Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Rakyat (AMPERA) yang merupakan kumpulan BEM se-Jakarta Raya juga mengkonsolidasikan diri untuk melakukan evaluasi tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Koordinator Ampera, Donny Manurung, menyampaikan, tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK sangat sarat dengan ketidaksinkronan janji dengan kinerja.
“Janji-janji Jokowi telah jauh panggang dari api. Kebanyakan omong kosongnya. Ini yang harus kita evaluasi. Mahasiswa sudah cukup lama tertidur di era ini, saatnya bangun dan siuman atas semua kondisi ini,” tutur Donny Manurung di Jakarta, Rabu (27/9).
Menurut Ketua BEM Universitas Mpu Tantular ini, di kampusnya telah diagendakan pertemuan mahasiswa BEM pada Sabtu, 30 September 2017. Kegiatan ini untuk konsolidasi sekaligus memulai gerakan evaluasi terhadap Pemerintahan Jokowi.
Dia mengkritisi sejumlah mahasiswa BEM yang malah mempersiapkan agenda perkemahan mahasiswa di Jakarta. Sementara, katanya dia, ada sejumlah persoalan riil yang saat ini sedang dihadapi Indonesia sangat jelas di depan mata.
Mulai dari terjadinya perlambatan gerak perekonomian bagi masyarakat, yang ditandai dengan matinya sektor UMKM, terjadinya kegaduhan politik dengan dimunculkannya isu-isu tak jelas seperti isu-isu benturan sosial dan radikalisme serta komunisme, yang menurut hematnya ini semua hanya akal-akalan penguasa yang mengalihkan perhatian agar kegagalan rejim ini tidak dikritisi.
“Kemana perginya wahai kalian kawan-kawanku? Masihkah kau pegang idealismemu? Atau sedang menikmati hangatnya tenda Perkemahan? Apakah kalian sudah berdamai dengan para penguasa? Relakah kalian kemerdekaan berfikir dan memberikan pendapat direnggut? Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa sebagai garda terdepan dalam membangun dan menjaga bangsa ini. Hari ini Indonesia sedang berada dalam keaadan yang sangat kacau,” tutur Donny.
Lebih lanjut, Donny menyampaikan, persoalan pemberantasan korupsi yang tidak kunjung selesai, dengan tidak tegasnya pemerintah dalam pengusutan kasus korupsi yang melibatkan para petinggi negara, menjadi gambaran nyata bahwa Indonesia sengaja disibukkan untuk hal-hal yang tak berguna.
“Belum lagi, maraknya isu SARA, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia juga terus terpuruk, berdasarkan World Economic Forum (WEF) 2016,” ujarnya.
Persoalan rakyat lainnya yang digantung-gantung, lanjut Donny, yakni tidak tuntasnya Reforma Agraria, tidak seimbangnya pembangunan dengan anggaran negara yang tersedia.