“Yang perlu diingat, gadget bukan pengganti orang tua. Kalau mereka menangis, yang dibutuhkan adalah sentuhan orang tua. Namun biasanya, orang tua malah hanya diberikan gadget agar anaknya diam,” tegasnya.
Selain masalah gadget, Nurhikmah juga menyebutkan, saat ini anak-anak juga lebih banyak menghabiskan waktu mereka, dengan menikmati acara televisi dibandingkan menghabiskan waktu dengan buku.
Ia menguraikan, meskipun memiliki beberapa manfaat, di antaranya sebagai sarana pendidikan, informasi dan hiburan, serta dapat mendukung kemampuan visual anak, tayangan televisi juga dapat menimbulkan masalah kepada anak.
Di antaranya, adalah dapat meningkatkan perilaku agresif anak, akibat terlalu sering menonton adegan kekerasan di televisi.
“Terlalu sering menonton kekerasan, anak akan menjadi agresif, dan menganggap kekerasan adalah hal yang biasa dan bisa dilakukan,” jelasnya.
Masalah lainnya, adalah dapat menurunkan minat belajar anak dan menjadikannya malas, menjadikan anak-anak menjadi orang yang konsumtif karena selalu melihat iklan produk-produk baru. Selain itu, akibat terlalu sering menonton tayangan sinetron yang biasanya mengumbar kemesraan, anak-anak akan menjadi matang secara seksual sebelum waktunya.
“Yang perlu dilakukan orang tua, adalah batasi waktu menonton anak, misalnya maksimal dua jam sehari untuk menonton program-program edukatif. Kemudian dampingi anak ketika menonton televisi, serta berikan penjelasan pada beberapa adegan yang perlu,” tandasnya.
Selain Nurhikmah, turut hadir sebagai pembicara seminar tersebut Akademisi Untad dan Pemerhati Pendidikan, Dr. Asep Mahfudz.
(abr/Palu Ekspres)