PALU EKSPRES, PALU – Kondisi guru honorer di Indonesia masih jauh dari bayang-bayang kesejahteraan. Apalagi di Sultneg, yang sebagian besar hanya digaji antara Rp200-400 ribu rupiah per bulan.
Inilah menjadi salah satu isu hangat yang bakal dibicarakan pada Seminar Hari Guru Nasional 29 November nanti di Parigi oleh PGRI Sulteng.
Menurut pengamat pendidikan Sulteng, Asep Mahfudz, situasi tersebut harus segera diantisipasi oleh pemerintah daerah di masing-masing kabupaten kota. Mereka, para guru di wilayah-wilayah yang jauh dari akses informasi, berharap bisa mendapatkan gaji yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup.
“Untuk wilayah-wilayah pinggiran, kisaran gajinya masih Rp200-400 ribu. Pokoknya umumnya di bawah UMP dan UMK. Ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah,” kata Asep kepada Palu Ekspres, Jumat (24/11).
Untuk level provinsi kata Asep, kondisinya sudah mulai membaik dengan adanya Peraturan Gubernur (Pergub), yang membolehkan pungutan pada batas tertentu, yang membantu alokasi dana sekolah untuk gaji guru.
“Di provinsi, pungutan dibolehkan dengan batasan tertentu. Dari pungutan itulah sebagian diambil untuk komponen gaji guru honorer. Ini kan hanya level SMA/SMK. Untuk SD dan SMP belum, sebab yang berwenang untuk tingkat itu adalah pemerintah kabupaten kota,” jelasnya.
Karena itu ia berharap, pemerintah di level kabupaten/kota, bisa meniru apa yang sudah dilakukan di level provinsi untuk SMA/SMK. Sehingga kesenjangan, terutama soal gaji guru yang ada di daerah bisa teratasi.
Sebelumnya diberitakan, Ketua PGRI Sulteng, Nursalam mengatakan peringatan HUT Guru kali ini akan dipusatkan di Parigi.
“Peringatan Hari Guru tingkat Provinsi Sulteng untuk tahun ini dilaksanakan di Kabupaten Parigi Moutong, pagi kita upacara sorenya kita seminar. Tahun ini kita mendatangkan pemateri dari PB PGRI,” kata Ketua PGRI Sulteng, Nursalam, saat ditemui, Selasa (21/11).
Ia menambahkan, tiap-tiap pengurus PGRI di berbagai Kabupaten dan Kota di Sulteng, akan turut meramaikan peringatan HUT PGRI dengan menggelar berbagai kegiatan, baik di bidang edukasi maupun ekonomis kreatif, seperti pawai pembangunan, bakti sosial, pemeriksaan kesehatan dan pameran-pameran edukatif.