2.000 Bencana Alam Diprediksi Bakal Terjadi di 2018

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, JAKARTA – Dalam catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang tahun 2017, Indonesia dihantam bencana 2.271 kali. Menelan sedikitnya 372 korban jiwa dengan kerugian mencapai triliunan rupiah. Penyebabnya bukan gejala alam yang tidak bisa diprediksi, namun degradasi ekologis dan minimnya kesiapan masyarakat.

Dalam rilis yang disampaikan BNPB kemarin (21/12), dari 2.721 bencana tersebut, 93 persen didominasi oleh bencana Hidrometerologi. Yakni hujan lebat disertai angin dan petir, banjir, tanah longsor, Bencana lain yang terjadi adalah gempa, gunung meletus, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Bacaan Lainnya

Bencana-bencana tersebut menyebabkan 372 orang meninggal dunia, serta membuat 3,45 juta jiwa mengungsi. Merusak 44.539 unit rumah dan 1.999 unit fasilitas umum (fasum). Dengan longsor sebagai bencana yang paling mematikan, korban jiwanya sebanyak 156 orang.

Menurut Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, secara statistik, intensitas bencana menurun 4,7 persen dibandingkan tahun 2016. Jumlah korban meninggal dan hilang turun ke angka 36 persen, kerusakan bangunan turun 8 persen. Hanya jumlah korban yang mengungsi dan menderita yang naik menjadi 9 persen.

Secara umum, Sutopo menyebut gejala alam dan siklus cuaca selama 2017 dan 2018 juga normal-normal saja. Cuma tercatat siklon cempaka yang mengirimkan hujan lebat ke wilayah selatan Jawa pada akhir November yang terbilang aneh.

Menurut dia, secara teori, siklon tropis hanya terbentuk di atas 10 derajat Lintang Utara (LU) atau di 10 derajat di bawah Lintas Selatan (LS). “Yang kemarin ini aneh, cuma 23 kilomter di selatan Pacitan,” katanya. Jika siklus cuaca normal, mengapa bencana merenggut begitu banyak korban dan menyebabkan kerugian? “Karena masih rendahnya budaya masyarakat yang sadar bencana,” kata Sutopo. Selain itu, infrastruktur penanggulangan bencana masih minim, seperti penelitian, pemetaan dan early warning system.

Pos terkait