Tampilkan Sarjana Pengelola Hasil Copet, Sanggar Seni Lentera Pentaskan ALNI

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, PALU – Lampu pertunjukan dinyalakan, seorang aktor yang memerankan sarjana pengangguran masuk diiringi musik pembuka, lalu menyanyikan sebuah lagu tentang perjuangan sarjana mencari pekerjaan. Beberapa adegan setelahnya, serombongan aktor lainnya dalam peran sebagai pencopet berlarian menuju panggung pementasan.

Beberapa potongan adegan tersebut, adalah bagian dari pementasan hari pertama teater musikal dengan judul “Alangkah Lucunya Negeri Ini” (ALNI) karya naskah dari Musfar Yasin dan ditransformasikan oleh Mahbub Qortubi, yang ditampilkan oleh Sanggar Seni Lentera, di gedung pertunjukan Golni Taman Budaya Sulteng, Senin 22 Januari 2018.

Bacaan Lainnya

Naskah ALNI menceritakan tentang Muluk, seorang sarjana pengangguran yang hampir putus asa mencari pekerjaan. Dalam sebuah kesempatan ia bertemu dengan Komet, seorang anggota kawanan pencopet putus sekolah yang dibawahi oleh Jarot. Pertemuan tersebut menginspirasi Muluk untuk menggunakan ilmu manajemen yang didapatkannya di bangku kuliah. Ia lalu berinisiatif mengajukan diri untuk mengelola keuangan hasil “kerja” para pencopet tersebut, dan memberikan mereka beberapa pengetahuan dasar sebagai pengganti sekolah.

Dipilihnya naskah ALNI yang juga pernah diangkat ke layar lebar oleh Dedi Mizwar tersebut, untuk ditampilkan pada pertunjukan musikal Sanggar Seni Lentera, menurut Sutradara Dili Swarno karena ceritanya masih sangat relevan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini, berkaitan dengan pentingnya pendidikan. Beberapa kali dalam pementasan yang berlangsung selama dua jam lebih tersebut, para aktor menampilkan perdebatan terkait pentingnya pendidikan.

“Kita pilih naskah ini, karena bagi saya pendidikan itu penting. Jadi siapapun yang sudah menjadi sarjana, manfaatkan pendidikannya sebaik mungkin, jangan pernah merasa ijazah kalian itu digadai. Paling tidak setelah lulus, ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat bagi orang lain. Dengan itu, kita sudah menjadi sarjana yang mabrur atau betul-betul sarjana,” tutur Dili.

Dili juga berharap, pementasan-pementasan teater yang menampilkan naskah-naskah terkait kondisi sosial masyarakat, hendaknya dapat menjadi sebuah alternatif edukasi bagi penonton. Menurutnya, sebuah pertunjukan teater sudah seharusnya dapat menjadi tuntunan, buka hanya sekadar tontonan.

Pos terkait