PALU EKSPRES, PALU – Sebagai salahsatu daerah rawan gempa karena pergerakan sesar Palu koro, Kota Palu kini dilengkapi 7 buah alat pendeteksi getaran tanah (seismometer) yang tersebar di 7 titik.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu, Presly Tampubolon menjelaskan seismometer tersebut masing-masing 4 unit dari Badan Meteorologi , Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan 3 unit bantuan dari negara Selandia Baru (New Zeland).
Bantuan seismometer dari Selandia Baru jelasnya merupakan seismometer berbasis sekolah. Yang ditempatkan di Universitas Tadulako (Untad), SMA Madani dan MAN Model Palu. Bantuan itu seluruhnya direalisasikan tahun 2018 ini.
“Bantuan Selandia Baru ini difasilitasi Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk kepentingan pendidikan,”jelas Presly.
Dengan keberadaan seismometer berbasis sekolahan, pihaknya menurut Presly sangat terbantu. Sebagai lembaga dengan fungsi koordinasi kebencanaan, upaya penanganan,pengendalian dan pemantapan kebencanaan lintas sektor bisa lebih optimal.
“Kamipun akan berkoordinasi dengan BMKG dan sekolah sekolah dalam hal pemantapan ini,”kata Presly.
Fresly menyebut, kerjasama lintas pemerintahan pusat dan daerah titik saat ini terus mendorong penambahan seismograf di Kota Palu. Agar nantinya seluruh pihak terkait dapat lebih muda membaca potensi gempa di Kota Palu.
Dia menambahkan secara teknis dan kewenangan BPBD masih memiliki keterbatasan. Utamanya soal penyebarluasan terkait kejadian gempa. Fungsi ini menurutnya ada pada BMKG.
“Kami biasanya meminta informasi dulu ke BKMG baru kita teruskan ke publik. BPBD sifatnya hanya berkoordinasi,”jelasnya lagi.
Mengenai bantuan seismograf Selandia Baru, pihaknya lanjut Presly telah menandatangani MoU untuk pemanfaatan dan pemeliharaan alat tersebut. Salah satunya MoU dengan SMA Madani Palu, Selasa 6 Maret 2018.
(mdi/Palu Ekspres)