Ia juga mencontohkan, saat ini Untad memiliki aset berupa lahan seluas kurang lebih 104 hektar di daerah Sibalaya. Aset tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan potensi peneliti, jika dapat dikerjasamakan, utamanya bersama dengan pemerintah daerah.
“Misalnya potensi Fapetkan (Fakultas Peternakan dan Perikanan), banyak guru besar yang punya keahlian seperti bagaimana menggemukkan sapid an ahli pakan ternak. Dari penelitian mereka ini kan potensi sebenarnya, kalau kita melihat secara sederhana berapa sih kebutuhan daging di Sulteng saat ini, kenapa tidak ini yang kita isi dengan potensi peneliti yang kita punya, terus kita kerjasamakan dengan Dinas Peternakan baik Provinsi maupun Kabupaten. Kita libatkan guru-guru besar yang kita miliki untuk meneliti,” tuturnya.
Sejak pendidikan Sarjana (S1), Djayani mengambil kuliah jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Untad, lalu lanjut Program Magister (S2) Manajemen dan Doktor (S3) Manajemen dengan spesialisasi Keuangan, di Universitas Airlangga Surabaya. Ia juga merupakan orang pertama di Untad, yang mempelajari pasar modal.
Menerima beasiswa sejak kuliah S1 hingga S3, sosok yang menyandang gelar Profesor sejak tahun 2012 ini menegaskan, bahwa ia akan berupaya untuk tidak menyusahkan mahasiswa, selama mereka mau belajar.
“Sejak S1 sampai S3 selalu mendapat beasiswa, saya tidak pernah disusahkan selama jadi mahasiswa,. Jadi saya juga tidak mau menyusahkan mahasiswa, selama mereka mau sekolah,” tandas Djayani yang semasa kuliah aktif di Unit Kegiatan Resimen Mahasiswa.
SIAP MENGHADAPI KOMPETITOR
Bagi Dr. Muh. Nur Ali, wacana revolusi industri 4.0 yang saat ini tengah mengemuka, serta tuntutan literasi yang bukan lagi sekadar kemampuan membaca, menulis dan berhitung, melainkan telah diarahkan pula pada literasi digital, menuntut kesiapan semua bidang pendidikan.
Olehnya, bagi salah satu bakal calon Rektor Universitas Tadulako (Untad) periode 2019-2023 ini, penting bagi seluruh bidang pendidikan, termasuk perguruan tinggi untuk melakukan reorientasi kurikulum.
“Kita diarahkan pada literasi digital, yang menuntut kesiapan semua bidang pendidikan, sehingga penting dilakukan reorientasi kurikulum. Jika tidak, ini menjadi persoalan tersendiri,” kata Nur Ali, saat ditemui, Selasa 8 Mei 2018. Semangat inilah yang dikatakan alumnus S1 Sosiologi Untad tersebut, menjadi salah satu pendorongnya maju dalam bursa suksesi Rektor Untad.