Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup

  • Whatsapp

Oleh: Muh Djaiz, SAg
(Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sulteng)

DALAM sebuah tulisannya yang terbit beberapa puluh tahun silam, Ulama Muhammadiyah yang cukup legendaris di Sulawesi Tengah, HM Soeprato Ibn Djuraimi, yang juga Pembina Pesantren Muhammadiyah Wani, menulis tentang Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup.

Bacaan Lainnya

Bulan Ramadan, diyakini sebagai waktu permulaan diturunkannya Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 185, yang merupakan rangkaian ayat diwajibkannya perintah puasa.

Lalu kemudian, pada tanggal 9 Zulhijah tahun kesepuluh hijriah, bertempat di Padang Arafah, di hadapan 140.000 jamaah haji, Rasulullah SAW menyampaikan pidato terakhir (khutbatul wada’). Dimana dalam pembukaan, beliau telah menyatakan bahwa kemungkinan beliau tidak bertemu lagi dengan para sahabatnya setelah tahun itu.

Rasulullah SAW memberikan pidato yang cukup panjang, penuh berisi mutiara-mutiara hidup yang sangat berharga untuk kaum Muslimin. Ditekankannya pada hadirin, agar ucapan beliau itu disampaikan kepada seluruh ummat Islam yang tidak sempat hadir langsung mendengar pidatonya.

Setelah pidato diucapkan, beliau memimpin shalat dzuhur dan ashar berjamaah, yang diikuti oleh seluruh yang hadir pada saat itu. Pada sore harinya, sebelum beliau meninggalkan Padang Arafah, turunlah wahyu terakhir kepada beliau; “Pada hari ini, Aku telah menyempurnakan kepadamu Agamamu, dan Aku telah mencukupkan nikmat-Ku atasmu, dan Aku telah meridhai Islam menjadi agama bagimu…” (QS Al-Maidah: 3).

Mendengar ayat yang dibacakan Rasulullah SAW itu, Abu Bakar serta merta menangis, karena dia merasa bahwa dengan turunnya ayat ini, berarti selesailah sudah tugas Rasulullah SAW. Dengan demikian, telah hampir saatnya beliau kembali ke hadirat Illahi. Tuhan yang mengutus beliau.

Ayat 3 Surah Al-Maidah ini, merupakan penutup Al-Qur’an yang berisi 30 juz terbagi 114 surah, serta mempunyai ayat sebanyak 6.326. Adalah merupakan statement Allah, bahwa Islam merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada Ummat manusia, khususnya kaum Muslimin. Oleh karena itu, kaum muslimin tidak memerlukan lagi Dien (tatanan hidup) selain Islam dan tidak memerlukan figur lain sebagai “Uswatun Hasanah” (teladan terbaik), selain Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir.

Pos terkait