PALU EKSPRES, PALU– Komoditi makanan ternyata memberi pengaruh siginifikan terhadap garis kemiskinan di Sulteng pada Maret 2018. Sebagaimana data BPS Sulteng yang dipaparkan Kepala Bidang Statistik Sosial Moh. Wahyu Yulianto S.Si, SST, MSi mewakili Kepala BPS Sulteng Faisal Anwar, Senin (16/7/2018), di kantor BPS Sulteng menjelaskan, beras memberi pengaruh besar pada garis kemiskinan selama bulan Maret 2018. Rinciannya, 21,41% untuk penduduk di wilayah perkotaan dan 25,55 persen untuk penduduk di wilayah pedesaan. Hal yang menarik paparan yang disampaikan oleh Wahyu Yulianto, ternyata rokok filter menduduki urutan ke dua pada kelompok komoditi makanan yang memberi pengaruh signifikan terhadap garis kemisikinan. Angkanya mencapai 12,61 persen pada penduduk di perkotaan serta 14,62 persen pada penduduk di wilayah pedesaan.
“Jadi pengaruhnya (rokok filter) lebih besar terhadap penduduk di desa,” kata Wahyu. Namun yang pastinya, dua komoditi makanan tersebut, yang memberi pengaruh siginifikan terhadap garis kemisikinan yang persentasenya mencapai angka dua digit. Komoditi lainnya, persentasenya di bawah angka satu digit.
“Sangat diharapkan kenaikan haarga kelompok bahan makanan bisa diredam karena menyebabkan naiknya garis kemiskinan,” ujarnya. Namun secara umum lanjutnya, jumlah penduduk miskin di Sulteng pada Maret 2018 adalah 420,21 ribu orang atau 14,01 persen dari total penduduk Sulteng.
“Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Pada bulan Maret 2018, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 75,69 persen,” tambahnya.
Periode yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan, yakni dari 417,87 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 420,21 ribu orang pada Maret 2018 atau terjadi kenaikan 2,34 ribu orang. Namun dari sisi persentase, mengalami penurunan dari 14,14 % (Maret 2017) menjadi 14,01 % pada Maret 2018.
“Selama September 2017-Maret 2018, Garis Kemiskinan naik sebesar 1,29 persen, yaitu dari Rp. 408.522 per kapita per bulan pada September 2017 menjadi Rp.413.785 per kapita per bulan pada Maret 2018,” jelasnya. Sementara itu, komposisi penduduk miskin di Sulteng paling banyak terdapat di pedesaan. BPS merilis, jumlah penduduk miskin di desa adalah 335.180 orang atau 15.51 %, sedangkan di wilayah perkotaan sebanyak 85.030 orang atau 10,15 %. Dari enam provinsi di Pulau Sulawesi, Sulteng menduduki urutan kedua terbanyak penduduk miskinnya (14,01), satu strip di bawah Provinsi Gorontalo, yakni 16,81 persen.