Cerita Korban Gempa Lombok, Ayah dan Anak Sempat Terkubur Reruntuhan

  • Whatsapp
gempa lombok

Tiar mengaku tidak bisa tidur, karena masih teringat guncangan gempa susulan yang jumlahnya tak terhitung lagi dirasakan. Hal itu semakin membuat dirinya waswas. “Itu sampai hampir Subuh. Belum lagi udara malam yang semakin dingin. Saya sampai tidak bisa tidur,” kisahnya.

Desa Sajang berada di kaki Gunung Rinjani, sehingga udara dingin pegunungan begitu terasa. Jaraknya sekitar 2 km dari pintu masuk pendakian Gunung Rinjani. Tak jauh dari lokasi pengungsian, terdapat sekolah dasar yang mana bangunannya mengalami kerusakan yang cukup besar.

Bacaan Lainnya

Tiar mengungkap, hampir semua bangunan berbahan dasar beton mengalami kerusakan parah. Rumahnya tak terkecuali. “Hancur semua. Rumah tetangga-tetangga lainnya juga pada hancur. Ada yang hancur separuh, ada yang rubuh total. Cuma rumah kayu yang tidak rusak parah,” jelas Tiar.

Saat menjelaskan keadaan rumahnya yang hancur total, Tiar mengingat kembali momen ketika ia berusaha menyelamatkan diri dan keluarganya dari hantaman gempa.

Minggu (29/7/2018), Tiar tengah memasak. Seketika guncangan hebat mengejutkannya, disertai plafon atap yang rubuh. Dia langsung menyelamatkan diri dan membawa anak serta ibunya keluar rumah. Beberapa menit setelahnya, rumah itu langsung luluh lantak.

Tak ada harta benda yang sempat diselamatkan. Yang terpikirkan saat itu adalah bagaimana menyelamatkan keluarga. “Saya mentingin nyawa, sudah tidak kepikiran harta benda. Aduh, itu kalau diingat lagi, kalau saja kita semua tidak langsung ke luar rumah, mungkin sudah langsung tertimbun beton rumah,” ungkap Tiar bergidik.

(iil/JPC)

Pos terkait