PALU EKSPRES, PALU – Layaknya kontestasi politik praktis di era demokrasi, Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Tadulako (Untad) turut diwarnai dengan adanya polling internet, yang mengajak publik untuk menentukan siapa bakal calon Rektor Untad terbaik menurut pilihannya masing-masing.
Sesuai pengamatan Palu Ekspres, polling bertajuk “Rektor Pilihan Publik UNTAD 2018. ‘Jika’ Dilaksanakan Pemilu Rektor Untad 2018, Siapakah Pilihan Anda” tersebut termuat di strawpoll.com, salah satu situs layanan pembuat polling online publik, dan tercatat dibuat sejak 28 Juli 2018 lalu. Tidak diketahui siapa yang berinisiatif membuat polling tersebut, dan hingga Jumat 10 Agustus 2018 pukul 17.15 WITA, sudah sebanyak 2.961 pemilih yang berpartisipasi.
Hasilnya, Prof. Dr. H. Djayani Nurdin unggul tipis terhadap tiga bakal calon lainnya, yakni meraih 34,85% atau 1.032 pemilih. Posisinya ditempel ketat Prof. Dr. H. Mahfudz yang memperoleh 33,37% atau sebanyak 988 pemilih. Selanjutnya, Dr. Muh. Nur Ali memperoleh 21,99% (651 pemilih) dan Prof. Zainuddin, Ph.D di posisi buncit dengan raihan 9,79% (290 pemilih).
Ketua Senat Untad, Prof. Hasan Basri, Ph.D, saat dihubungi melalui ponselnya, Jumat 10 Agustus 2018 mengaku belum melihat polling tersebut. Ia menegaskan, polling yang dibuat bebas tersebut tidak berpengaruh sama sekali terhadap proses Pilrek Untad periode 2019-2023, yang saat ini sedang menunggu waktu proses penyaringan.
Ia menegaskan hal ini karena yang berhak memilih Rektor baru adalah Senat Universitas bersama dengan perwakilan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
“Saya tidak lihat itu polling, tapi itu hanya bermakna kalau yang ditanya adalah anggota Senat. Kalau yang ditanya selain itu maka tidak ada maknanya sama sekali, tidak ada pengaruhnya sama sekali,” jelas Prof. Hasan.
Ia menyebutkan, polling yang dibuat secara bebas tersebut, hanya dianggap sebagai hal yang turut mewarnai proses pemilihan Rektor pengganti Prof. Dr. H. Muh. Basir Cyio yang akan habis periodenya pada 5 Maret 2019 mendatang.
“Itu dianggap sebagai bunga-bunga pemilihan saja,” tandasnya.