Teknologi Supra Intensif Skala Rakyat Diapresiasi Kemendes

  • Whatsapp
serahkan bantuan

PALU EKSPRES, PALU– Kementrian Desa-Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sangat mengapresiasi teknologi supra intensif skala rakyat, menyusul paparan yang dilakukan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng DR. Ir. Hasanuddin Atjo di Kementerian tersebut beberapa waktu lalu.

“Ini kami sudah paparkan di Kementerian Desa dan sangat diapresiasi, terutama untuk desa-desa pesisir,” kata Hasanuddin Atjo pada sosialisasi UU Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, Dan Tambak Garam, Jumat (24/8/2018), di ruang Polibu kantor Gubernur.

Bacaan Lainnya

Respon positif tersebut katanya, karena bersinergi dengan penegasan pihak Kementerian Desa jika mulai 2018, pemanfaatan dana desa harus berbasis komoditas unggulan dan padat karya.
“Ini dimanfaatkan untuk desa-desa pesisir,” ujar penemu teknologi udang supra intensif ini.
Menurutnya, desa-desa pesisir dapat menjadikan udang vaname dengan teknologi supra skala rakyat menjadi komoditas unggulannya.
Ia mencontohkan, bila satu Kecamatan pesisir memiliki 15 desa pesisir, maka dana desanya minimal 15 milyar rupiah. Bila dari dana itu, 40 persen (6 milyar rupiah) diperuntukkan bagi pengembangan ekonomi produktif berbasis udang, maka jumlah unit usaha yang dapat difasilitasi sebanyak 36 unit untuk 36 Kepala Keluarga atau Kelompok. “Proyeksi volume produksi setahun (2 siklus) adalah 86.400 kg udang dengan nilai produksi 5,23 milyar rupiah,” jelasnya.
Dari kegiatan ini, akan mendorong lahirnya pelaku usaha baru, seperti pengrajin kolam plastik, bengkel las dan tukang batu, suplier prasarana dan sarana produksi misalnya pakan, benur dan peralatan lainnya. Selain itu, pabrik es, coldstoredge, pengolah dan pemasar skala kecil sampai kepada rumah makan berbasis udang.
“Tinggal Kementerian Keluatan dan Perikanan menyediakan tenaga pendampingnya,” kata Atjo panggilan akrab Hasanuddin Atjo.
Atjo menegaskan, supra intensif skala rakyat ini sebagai Program Unggulan Kawasan Perdesaan (PRUKADES) yang berorientasi padat karya. Apalagi ini memiliki nilai tambah. “Bukan uang keluar tapi uang masuk,” jelasnya.
Pemerintah kecamatan kata Atjo, diharapkan berperan sebagai desainer dan simpul dari usaha budidaya udang ini. Akan memfasilitasi perencanaan yang dimulai dari pemetaan desa, penyiapan SDM, penyediaan sarana-prasarana sampai kepada pemasaran yang tentunya berorientasi bisnis.
Kecamatan akan menjadi pusat akumulasi dan distribusi dari komoditas unggulan itu. Diharapkan pengembangan ekonomi desa berbasis komoditas unggulan ini dapat mempengaruhi lembaga keuangan untuk memfasilitasinya dan semuanya kembali kepada kesukesan dari program ini.
“Ini bisa melahirkan usaha-usaha bagi generasi milineal dan tuntutan era industri 4.0. Karena itu diperlukan pilot project atau role model di beberapa tempat untuk menjadi contoh,” imbuhnya.

Pos terkait