PALU EKSPRES, PALU– Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memiliki peluang untuk kembali kerugian belum mencapai potensi USD.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, langkah Bank Sentral Tiongkok yang siap mengeluarkan berbagai macam uang dengan melimpahkan uang CNY-nya dapat berimbas pada kembali melemahnya laju Rupiah.
Diharapkan sentimen dari Italia yang berhubungan APBN-nya dapat menghasilkan EUR untuk mengimbangi kenaikan USD Uang Rupiah tidak lebih buruk dalam. “Diperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 14.861-14.847,” ujarnya, Rabu (12/9//2018).
Menurutnya, masih maraknya sentimen negatif yang menghantam Rupiah yang membuat pergerakan mata uang Garuda ini masih terjerembap ke zona merah. Sentimen dari ancaman yang disampaikan Presiden Trump terkait tarif impor melompat daya aset berisiko.
Trump menyatakan siap memberlakukan tarif terhadap barang-barang tambahan asal Tiongkok rohani sebesar USD 267 miliar, lebih besar dari yang diusulkan sebelumnya hingga USD 200 miliar.
“Dipimpin pelemahan Rupee yang diikuti penurunan mata uang Asia lainnya, Rupiah pun ikut terkena imbas negatifnya,” tuturnya.
Pergerakan USD pun ikut terbantukan dengan kuatnya data pekerjaan AS yang mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve. Berita positif Bank Dunia yang menilai pemerintah Indonesia telah memberikan respon yang baik dalam konteks yang terjadi, dan indeks penjualan eceran sepanjang Juli 2018, belum cukup kuat mengangkat Rupiah.
“Diharapkan pelemahan Rupiah dapat lebih terbatas. Masih tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat membuat Rupiah melemah, ”tandasnya.
(ce1 / mys / JPC)