PALU EKSPRES, PALU – Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Palu Zulfikar Ispaudi, mengaku memilih bertahan di Palu. Ia memilih tidak meninggalkan Kota Palu bukan karena merasa tidak ada ancaman terhadap keselamatan terhadap dirinya dan keluarganya. Zulfikar mengaku di pundaknya ada tanggungjawab besar yang dipikulnya. ‘’Pertama saya ada tanggungjawab. Siswa saya ada 1.400 orang. Guru dan staf administrasi di SMA 1 itu semua terbawa dalam pikiran saya. Makanya saya tidak mengungsi dan memilih di sini saja,” katanya ditemui di pelataran SMA Negeri 1 Palu, selasa 10 Oktober 2018. Padahal menurut dia, adik kandungnya dari Moutong sudah menjemput dia. Lengkap dengan bahan bakar premium mengingat saat itu Kota Palu sedang dilanda kelangkaan BBM
Jebolan FKIP Untad ini mengatakan, keinginan untuk mengungsi ada. ”Insting manusia untuk mencari selamat ke tempat yang aman adalah sesuatu yang manusiawi. Tapi saya tidak melakukan itu karena merasa ada tanggungajwab besar di pundak saya,” katanya menambahkan. Sejak Senin 9 Oktober 2108 Zulfikar telah datang di sekolah memantau guru-guru staf administrasi maupun siswa. Pada hari pertama masuk sekolah sejak gempa 28 Oktober 2018, siswa yang masuk 80-an orang. Namun pagi tadi, siswa yang masuk tak sampai 15 orang. Para siswa kata dia, kembali dihantui trauma saat diguncang gempa berkekuatan 5,2 SR yang terjadi subuh hari.
Lebih jauh ia mengatakan, dalam jangka pendek, pihaknya akan melakukan penanganan pasca trauma untuk memulihkan kondisi psikis siswa (trauma trauma). Ini penting dilakukan agar siswa tak lagi terus menerus dihantui ketakutan. Selain trauma healing, hal mendesak yang dilakukan adalah mengusahakan tenda belajar. Setidaknya dengan adanya tenda yang fefresentatif, proses belajar mengajar bisa dilakukan.
Keluarga besar SMA 1 Palu katanya, kini sedang dirundung duka. Koleganya guru perempuan di SMA 1 Palu meninggal akibat gempa berkekuatan 7,4 SR itu. Selain itu, masih ada satu lagi koleganya guru yang sampai saat ini belum diketahui nasibnya. ”Kita tidak tidak berani berspekulasi. Bagaimana nasib rekan kami ini. Yang pasti hingga hari ini belum ada kabarnya,” katanya. Ia berjharap, kondisi cepat pulih sehingga proses belajar mengajar berjalan secepatnya.