Pengungsi  di Parimo Mulai Terserang Penyakit.

  • Whatsapp
IMG-20181015-WA0069

PALU EKSPRES, PARIGI- Pengungsi di Kabupaten Parigi Moutong Pasca gempa dan tsunami Palu pada 28 September 2018 beberapa waktu lalu yang berada di 15 titik pengungsian, kini mulai terserang sejumlah penyakit. Di antaranya, diare, gatal-gatal, serta infeksi saluran pernapasan (Ispa).

Penyebab terserangnya sejumlah penyakit terhadap korban gempa di Parimo tersebut, diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang tidak lagi steril, serta banyaknya sampah yang berserakan di lokasi pengungsian. Selain itu, bantuan air bersih yang tidak higenis serta kondisi udara di tempat pengungsian.

Salah seorang warga Kelurahan Kampal, Deden (40) yang ditemui dilokasi pengungsian, Senin (15/10/2018) mengatakan, kurang lebih dua minggu berada di lokasi pungungsian. Ia bersama keluarga serta warga lainnya sudah mulai terserang berbagai penyakit.

“Saya sendiri sudah terserang penyakit batuk-batuk dan diare selama berada di lokasi ini,” ungkapnya.

Dikatakannya, apabila hal ini tidak ada penanganan yang serius dilakukan oleh pemerintah maka dikhawatirkan akan berdampak bagi warga lainnya. Saat ini kata dia, warga sangat mudah terserang penyakit ditambah lagi dengan anak-anak yang rentan terserang penyakit. Olehnya diharapkan harus ada perhatian serius dari pemerintah daerah.

“Kami sudah melaporkan kepada pemerintah terkait kondisi ini, tinggal menunggu saja apakah direspon atau tidak,” terangnya.

Sekaitan hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, dr. Revy Tilaar yang ditemui Palu Ekspres membenarkan kondisi warga Parimo yang berasal dari Kelurahan Bantaya, Loji, Maesa, dan Kampal serta beberapa Desa lainnya di Eks Kecamatan Parigi. 

Terkait hal itu kata dia, pihaknya sudah turun langsung ditempat-tempat pengungsian untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

“Tim kami sudah terbentuk sejak dua hari pasca gempa dan telah mendirikan beberapa Posko yang berada di Ibu Kota Kabupaten, diantaranya RSUD Anuntaloko dan di Taman Masigi,” terangnya.

Dia mengatakan, meskipun sudah ada penanganan yang dilakukan tetapi, kondisi lingkungan yang kurang mendukung, sehingga penyakit dengan mudah menyerang warga yang berada di lokasi pengungsian, karena menurutnya ditempat tersebut banyak sampah yang menjadi sarang bakhteri, terutama di tempat penampungan air dan lainnya.

Pos terkait