Laporan Hamdi Anwar
Tujuh jam berselang bencana gempa disusul likuifaksi di Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan, Palu, Zainal Arsad (20) masih terperangkap dalam puing-puing reruntuhan bangunan. Tubuhnya terjepit, lumpur menutup sebatas lehernya.
Dalam gelap dan ketakutan, pemuda Kelahiran Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli ini hanya termangu dengan posisi meringkuk, seperti bayi dalam kandungan. Dia tak tahu apa yang terjadi barusan. Seorang kerabat tewas tepat dibawahnya. Tertimpa reruntuhan lalu terendam lumpur. Seorang kerabat yang sempat ia peluk saat liquifaksi datang melibas bangunan yang mereka pijak hingga tertelan bumi.
Diheningnya malam, terbetik dalam hatinya, kiamat telah terjadi. Tak ada lagi orang yang tertinggal. Mengira seisi bumi tertimpah musibah yang sama mengerikan itu. Tak pernah ia menyaksikan bencana sedahsyat itu. Dia berpasrah, menunggu malaikat maut datang menjemput.
Namun sesaat kemudian, samarsamar ia mendengar seseorang memanggil-manggil namanya dari kejauhan. Ia merasa takut sekaligus heran. Bercampur aduk. Menyangka itu malaikat maut yang ingin segera mengakhiri hembusan nafasnya. Lalu menggumam heran, apakah itu suara manusia. Apakah masih ada manusia, selain dirinya yang tersisah untuk datang menolongnya.
Iapun memberanikan diri untuk menyahuti panggilan itu. Alangkah terkejut Zainal, sahutan itu dibalas berulang. Sambil terus berteriak dan saling membalas. Orang itu terus mendekat ke arahnya. Orang ini ternyata, sepupu sekalinya, Gunawan.
“Kenapa kau masih hidup. Ini sudah kiamat”. Itulah pertanyaan pertama yang ia sampaikan kepada Gunawan saat dirinya berhasil ditemukan. Sekitar pukul 24.00WITA.
Gunawan menangis sejadi-jadinya. Diapun tak menyangka kerabatnya masih hidup. Dia lalu berusaha memegang tangan Zainal dari celah sempit di bumbungan rumah yang sudah tak berbentuk. Memintanya segera berucap dua kalimat syahadat.
“Saya pegang tangannya untuk memastikan dia (Zainal) masih hidup. Atau setidaknya sebelum ia mati saya masih sempat memegang tangannya. Sambil terus menyuruhnya bersyahadat,”tutur Gunawan, kepada Palu Ekspres.
Gunawan lalu melepas satu demi satu atap rumah untuk mencari posisi strategis untuk mengangkatnya. Beruntung ada beberapa orang melintas yang segera ikut membantunya mengeluarkan Zainal dari reruntuhan bangunan. Sekitar pukul 01.00 Sabtu 29 September 2018, tubuh Zainal berhasil diangkat. Sekujur tubuhnya penuh luka goresan. Dari pangkal paha ke ujung kaki tak bisa ia kendalikan.