“Disitu saya sudah melihat rumah-rumah digulung ombak lumpur. Bergerak cepat menuju ke tempat kami berada,”kata Zainal.
Arus ombak lumpur itupun terasa begitu cepat kata Zainal. Hingga tak memberi mereka waktu untuk berlari keluar. Dan akhirnya rumah itupun ikut terbawa arus lumpur sekian lama.
“Saya sempat tanya, apa itu bos. Tapi bos saya (Idris) bilang kita bersyahadat saja,”ujar Zainal.
Menurutnya, saat itu ia hanya bisa memeluk kerabatnya Idris (almarhum) sambil terus bersyahadat. Rumah itu terus menggulung bersama rumah-rumah lain. Hingga akhirnya rumah itu terbenam dalam lumpur. Pelukannya pun terlepas. Kerabatnya, Idris sudah berada dibawah kakinya.
Tak berapa lama, Zainal mengaku terjadi goncangan kedua.Goncangan itulah yang kembali membuat rumah itu bergerak. Hingga setengah badan rumah terangkat ke permukaan. Disitulah ia mendapat sedikit ruang untuk bernafas. Namun dalam posisi terhimpit reruntuhan bangunan.
“Rumah itu sebenarnya sudah di dalam lumpur. Tapi goncangan kedua itu yang angkat. Meskipun sempat berputar beberapa kali sebelum berhenti,”sebutnya.
Beruntung ujar Zainal tidak ada puing bangunan yang menimpanya saat putaran terakhir. Ia terjebak dalam celah yang luasnya hanya 30 kali 30centi meter. Dia sempat merasakan hangat tubuh kerabatnya Idris dengan tapak kakinya.
“Posisi Idris itu dibawah saya. Terendam lumpur,”pungkasnya Zainal mengisahkan.
Drama evakuasi Zainal, sempat diabadikan dalam sebuah video pendek dari handphone pintar milik seseorang yang turut membantunya keluar dari rendaman lumpur tersebut.
Sedangkan jenazah kerabatnya, Idris sendiri baru berhasil dievakuasi sekitar pukul 14.00WITA, Sabtu siang 29 September 2018. Hari itupula, pihak keluarga langsung mengebumikan jenazahnya.
(mdi/Palu ekspres).