Tenda Biru, Tanda Cinta dari China

  • Whatsapp

Bencana di Sulawesi Tengah mengundang empati tak berhingga. Tak cuma dari Indonesia, bahkan mancanegara.

Laporan: Andi Anita Anggriany Amier

Bacaan Lainnya

GEMPA bumi, Tsunami dan Likuifaksi yang menghantam Palu, Sigi dan Donggala pada Jumat, 28 September 2018 lebih sebulan lalu, selain mengundang banyak simpati dari seantero daerah di Indonesia juga dunia internasional. Tak terkecuali dari China. Selain dari Pemerintah Republik Rakyat China, bantuan-bantuan dari individu pun berdatangan. Salah seorang di antaranya adalah Li Feng Pippa.

Pada Jumat, 28 September 2018, Pippa mendapat kabar terjadi gempabumi dan tsunami dahsyat di sepanjang pesisir Pantai Barat, Donggala, Sulawesi Tengah. Di Sirenja, salah satu wilayah di daerah pantai itu, Pippa punya kawan. Ia berusaha mengontaknya. Tapi gempabumi rupanya menghancurkan jaringan komunikasi.

Barulah pada 1 Oktober 2018 sekira pukul 01:39 Waktu Indonesia Tengah melalui jejaring percakapan Whatsapp, Pippa mendapat kabar dari kawannya. Isi Whatsappnya membuat bulu kuduk Pippa merinding; “Rumah tidak bisa ditempati lagi jadi kami mengungsi di tempat adik yang tidak kena jalur lempengan. Sampai saat ini kami tidur di alam terbuka. Jaringan sangat sulit hanya ada di PMI dan pusat tanggap darurat. Saat ini data sementara: korban meninggal yg ditemukan 740 orang, korban luka 632 orang, korban hilang 46 orang, korban tertimbun 140 orang, rumah rusak 65.713 unit, 500 kepala keluarga terisolasi, pengungsi 48.025 jiwa. Jika ada yang mau salurkan bantuan tolong bisa melalui pesawat Hercules atau lewat jalur Poso. Mohon doanya Pippa.”

Pippa, 40 tahun, pun membuat desisi. Pada 4 Oktober, setelah melewati penerbangan 48 jam dari China Utara dengan sekali transit di Kuala Lumpur dan Jakarta, Pippa tiba di Bandar Udara Mutiara SIS Aljufrie Palu.

“Saya mendarat di bandara darurat. Banyak fasilitas belum berfungsi. Dalam perjalanan saya juga mendapat kabar bahwa banyak tim penyelamat non-pemerintah, tim penyelamat milik Pemerintah China juga sudah standby di Bandara Beijing menunggu pemberangkatan ke Palu,” tutur pria yang tahun ini memulai belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.

Pos terkait