Penjualan terbesar didominasi oleh Negara-Negara Asia seperti
Filipina, Vietnam, Jepang, India, Thailand, Taiwan, Malaysia dan
Cina.
Selain wilayah Asia, Australia, Costa Rica, Jordan, USA, dan Afrika
Selatan masih menjadi tujuan ekspor dengan permintaan yang cukup
besar untuk produk Urea, NPK dan Amoniak.
Dengan berbagai upaya untuk peningkatan ekspor, Pupuk Indonesia tidak
meninggalkan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam
dalam Negeri.
“Kami hanya melakukan ekspor jika kebutuhan dan stok dalam negeri
sudah benar-benar terpenuhi,” tegas Aas.
Selama empat tahun terakhir, Pupuk Indonesia telah memenuhi kebutuhan
pupuk untuk sektor subsidi sebanyak 34,77 juta ton. Penyaluran pupuk
subsidi terdiri dari 15,09 juta ton Urea, 3,25 juta ton SP36, 3,76
juta ton ZA, 9,91 juta ton NPK, dan 2,74 juta ton Organik.
Khusus tahun ini, Pupuk Indonesia menargetkan penyaluran pupuk
subsidi dalam negeri hingga akhir tahun mencapai 9,46 juta ton,
jumlah ini merupakan peningkatan dari empat tahun sebelumnya yaitu
sebesar 7 persen.
Tidak hanya penyaluran pupuk ke sektor PSO, penjualan pupuk non
subsidi Dalam Negeri pun terus mengalami peningkatan dari 2015 hingga
2018. Selama empat tahun terakhir penjualan produk pupuk dalam Negeri
mencapai angka 7,34 juta ton dan amoniak sebesar 1,04 juta ton.
“Tren penjualan pupuk non subsidi dalam Negeri juga semakin meningkat
selama 4 tahun terakhir, pasar terbesar masih didominasi oleh
industri perkebunan kelapa sawit, karet dan tebu,” tandas Aas.
(chi/jpnn)