Mitigasi Bencana Perlu Pendekatan Spiritual dan Pengetahuan Lokal

  • Whatsapp

 

PALU EKSPRES, PALU – Pakar filsafat Sulteng Lukman Tahir berpendapat mitigasi kebencanaan perlu dilakukan bukan hanya dengan pendekatan teknis. Pemerintah daerah juga perlu mendorong mitigasi dengan pendekatan spiritual maupun pengetahuan lokal.
Pendapat ini ia utarakan dalam forum libu todea Pemkot Palu dengan tema Palu Bangkit Paska Bencana, Senin malam 10 Desember 2018.

Pendekatan spiritual menurut dia misalkan dengan menyediakan ruang publik dan sarana dan prasarana untuk kegiatan dzikir. Sebab katanya, penyebab bencana yang terjadi itu karena ada dosa yang dilakukan. Dan hal itu ditegaskan dalam Al Qur an surah Al Ankabut.

Dalam surah ini disebut sebut bencana terjadi karena dosa. Empat bencana yang diturunkan adalah hujan batu. Suara gemuruh, terbenam dalam bumi dan ditenggelamkan di laut.
“Jadi tiga sudah kita alami. Hanya hujan batu yang tidak dialami dalam bencana Palu,”sebutnya.

Sebagai contoh pendekatan spiritual lainnya adalah, masyarakat lokal Kota Palu yang meyakini akan karomah Dato Karama dan Sis Aljufri (Guru Tua). Sebab sewaktu terjadi bencana, dua makam toko spiritual ini tidak terdampak.

“Hal ini tidak boleh ditinggalkan sebagai mitigasi melalui pendekatan spiritual,”ujarnya.
Karena itu dalam perencanaan rekonstruksi dimasa mendatang pemerintah daerah perlu menyediakan ruang publik untuk berzikir. Hal ini merupakan bagian daripada proses wacana Palu Bangkit.

Demikian mitigasi bencana dengan pendekatan pengetahuan lokal. Hal ini kata dia tak kalah penting. Dengan pengetahuan lokal masyarakat, sesungguhnya bisa menjadi penyelamat bagi masyarakat ketika terjadi bencana. Contohnya pernah terjadi di sebuah daerah di wilayah Aceh. Sewaktu terjadi gempa, masyarakat sudah lebih dulu mengungsi karena mereka tahu akan terjadi tsunami.
“Gempa di Palu kan punya riwayat dan menggambarkan siklus. Nah pengetahuan lokal dari riwayat itu yang perlu dikembangkan menjadi upaya mitigasi,”pungkasnya.
Pendapat Lukman Tahir diamini Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Palu, Ismail Pangeran.

Menurut Ismail ada keinginan warga dzikir bersama itu dibudayakan kembali.
“Tinggal bagaiman Pemkot Palu mendukung dari sisi anggarannya,”kata Ismail Pangeran.
Diapun berharap, Pemkot Palu sekiranya dapat melibatkan tokoh tokoh agama lingkup IAIN Palu dalam perencanaan pembangunan Palu dimasa mendatang. Khususnya terkait rencana penataan kawasan pesisir. Sekaligus mengusulkan agar dalam waktu dekat Pemkot Palu segera memasang penerangan di pesisir pantai. Sehingga tempat itu bisa ramai kembali.
“Sekarang disitu masih gelap. Minimal ada penerangan sehingga wacana Palu Bangkit ini bisa terlihat setidaknya dari keramaian orang disana,”pungkasnya.

Pos terkait