PALU EKSPRES, PALU– Ekonomi Sulteng menempati peringkat ketiga di kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) dari sisi size ekonomi, setelah Sulawesi Selatan dan Papua. Nilai PDRB Sulteng yang terus meningkat menjadi indikasinya.
“Tentunya hal ini tidak terlepas dari kinerja ekspor yang sangat baik,” kata Kepada Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah, Miyono dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Rabu 19 Desember 2018 di hotel Santika Palu.
Nilai ekspor Sulteng saat ini sebut Miyono merupakan nilai terbesar di Sulampua. Pada periode Januari sampai Oktober 2018 total ekspor Sulteng mencapai USD 4.116.30juta atau 30persen dari total ekspor Sulampua.
Tingginya ekspor Sulteng saat ini terutama ditopang oleh komoditas olahan nikel dan gas.
“Pangsanya mencapai 96.71 persen,” jelas Miyono.
Disisi lain kata dia, impor hanya sebesar USD 1.906.16 juta. Sehingga neraca perdagangan luar negeri Sulteng tercatat surplus sebesar USD 2.207,14 juta.
Terkait dengan ekspor, Miyono menyatakan masih ada tantangan yang perlu dibenahi bersama agar kedepannya ekspor Sulteng semakin terdiversifikasi dan tidak hanya mengandalkan pada dua komoditas tersebut.
Miyono menjelaskan, stabilitas keuangan di Sulteng secara umum masih terjaga baik. Dari sisi keuangan korporasi, potensi sumber kerentanan terpantau aman. Indikasinya terlihat dari perkembangan harga komoditas andalan Sulteng di pasar global yaitu nikel dan gas dan kondisi negara mitra dagang cukup stabil.
“Dengan demikian kinerja ekspor kedepan diperkirakan tetap positif,” paparnya.
Meski begitu kata dia ada hal yang perlu diwaspadai. Yaitu kecenderungan menurunnya harga komoditas di sektor pertanian seperti kelapa sawit dan kakao. Begitupun sektor rumah tangga, kondisinya terpantau sedikit mengalami pelemahan seiring terjadinya bencana.
“Tercermin dari survei BI dimana indeks keyakinan konsumen Sulteng diindakiskan menurun,” urainya.
(mdi/palu ekspres)