Lebih 164 Ribu Jiwa Pengungsi Bencana Pasigala Menanti Huntara

  • Whatsapp
IMG-20181017-WA0031

PALU EKSPRES, PALU – Jelang tiga bulan pasca gempabumi, tsunami dan
likuifaksi yang menghantam wilayah Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi
Tengah, lebih dari 164 ribu jiwa masih bermukim di sekitar 333 titik
posko pengungsian berupa tenda-tenda lapangan berukuran 3 x 5 meteran.

Mereka masih berharap belas kasih dari pemerintah, lembaga-lembaga
donor dan para dermawan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Bacaan Lainnya

Bencana yang menghantam wilayah Pasigala pada Jumat, 28 september 2018
lalu telah membuat tidak kurang 164.626 jiwa kehilangan tempat
tinggal, bahkan mata pencaharian. Mereka kini harus berdiam di tenda-
tenda pengungsi yang tersebar di 333 titik di tiga wilayah terdampak
itu.
Kebutuhan pokok yang saat ini masih sangat diperlukan, berupa
beras dan susu serta bahan pangan lainnya.

Di beberapa titik pengungsian, semisal Balaroa, Palu Barat, kebutuhan
akan air bersih juga tak kalah penting.

Merekapun rata-rata tak
mengetahui di mana nantinya akan ditempatkan setelah Desember 2018
ini. Mereka hanya tahu akan ada pembangunan hunian sementara di Tondo,
Duyu, Petobo dan Gawalise, namun mereka tidak tahu akan dimukimkan di
mana.
“Kami masih butuh beras. Juga air bersih. Sehari memang dua kali ada
pasokan air bersih. Ada subsidi air dua kali sehari. Tapi harus lebih
lagi. Ini mau wudhu di masjid sudah tidak cukup. Kalau soal rumah
hunian kami belum tahu di mana ditempatkan. Ke mana saja saya
ditempatkan saya mau,” kata Fandi, pengungsi Balaroa yang kini
bermukim di Posko Pengungsian Donggala Kodi, Selasa (19/12/2018).

Andi Asse, perempuan beranak empat yang juga tinggal di Donggala Kodi,
mengatakan hal serupa.

“Kami masih butuh beras, juga susu. Kalau soal
Huntara kami tahu ada dibangun di Tondo, Duyu dan Gawalise, tapi kalau
kami belum tahu di mana nanti ditempatkan,” sebut dia.

Salah satu lokasi yang kini didiami oleh warga terdampak likuifaksi
Balaroa adalah titik pengungsi di Kelurahan Donggala Kodi, Palu Barat.
Lokasi ini dibangun oleh sejumlah relawan dari Turki, lembaga-lembaga
nonpemerintah dan perusahaan-perusahaan agrobisnis yang beroperasi di
wilayah Sulawesi Tengah. Petunjuk jalan di lokasi ini dinamai
berdasarkan nama negara, lembaga nonpemerintah dan perusahaan yang
membantu membangunnya.