Kementan Masih Alokasikan Anggaran Upsus Pajala 2019 di Parimo

  • Whatsapp
Kepala Dinas TPHP Parimo, Nelson Metubun

PALU EKSPRES, PARIGI– Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Parigi Moutong, Nelson Metubun menjelaskan, untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di tahun 2019 mendatang, dari pihak Kementrian Pertanian (Kementan) tetap mengalokasikan beberapa kegiatan rutin.

Beberapa kegiatan rutin itu kata dia yang pertama adalah, program nasional khusus Padi, jagung, kedelai (Pajala). Karena menurutnya, Kabupaten Parigi Moutong ini masih dianggap sebagai lumbung beras di Provinsi Sulawesi Tengah, dan termasuk dari 17 Provinsi penyumbang beras nasional.

Bacaan Lainnya

“Jadi untuk tahun 2019, kita di Parimo masih diberi alokasi yang cukup besar khusus Padi, jagung, dan kedelai,” kata Nelson kepada media ini di Parigi, Selasa (25/12/2018).
Kemudian program yang kedua, dari Kementerian Pertanian yaitu, Dinas TPHP diberikan alokasi untuk pembinaan penangkaran lokal khususnya padi, jagung, dan kedalai. Sebagai gambaran sebut Nelson, Kabupaten Parimo ini, selain sebagai penghasil beras juga punya potensi lain yaitu, penghasil benih.
“Penghasil benih ini dalam artian, ada beberapa kelompok tani itu, kita jadikan penangkar benih padi dan ini merupakan potensi kita yang cukup besar,” ungkapnya.

Menurutnya, Kabupaten Parimo mempunyai areal pertanian kurang lebih 27 ribu hektar. ”Kalau tiga ratus atau empat ratus hektar itu kita jadikan tempat penangkaran benih maka sangat luar biasa pendapatan asli daerah (PAD) yang kita dapatkan dari hasil itu,” ujarnya.

Dia mengatakan, untuk penunjang lainnya sejalan dengan dibangunnya pabrik benih, di Desa Baliara Kecamatan Parigi Barat yang merupakan milik PT. Shanghiang Seri, diketahui mempunyai kapasitas tampung yang cukup besar, yaitu 25 ribu hektar per tahunnya.

“Nah ini peluang bisa kita ambil karena berdasarkan penjelasan dari pihak PT. Shanghiang seri, kemungkinan besar pasokan benih untuk alokasi bangunan itu diambil dari luasan areal pertanian kita yang ada,” jelasnya.

Sehingga, kata dia, peluang ini diambil dengan adanya penangkar-penangkar padi lokal nantinya. Kemudian, uang yang digunakan untuk membeli benih tersebut yang dialokasikan untuk daerah luar, seperti Sulawesi Selatan dan sekitarnya itu, bisa diserap atau diambil oleh petani Parimo.

Pos terkait