PALU EKSPRES, JAKARTA– PT Freeport Indonesia yang baru diperpanjang masa
operasionalnya tidak akan memberikan deviden untuk PT Inalum (Persero)
yang memiliki saham mayoritas perusahaan tambang itu.
Menurut Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin, hal ini akibat
produksi PTFI menurun karena perpindahan dari tambang terbuka (open
pit) ke tambang di bawah tanah (underground).
“Sudah dihitung, bottom line kita nggak pakai dividen dua tahun, 2021
mulai ada sedikit (keuntungan),” kata Budi di Jakarta, Rabu (9/1/2019).
PT Inalum pada pekan ketiga Desember lalu membeli 51 persen saham PT
Freeport Indonesia. Untuk bisa mendapatkan kebanggaan sebagai pemilik
saham mayoritas, Inalum lebih dahulu menjual bond di pasar global
senilai 4 miliar dolar AS pada November 2018.
Sementara 51 persen saham Freeport Indonesia itu dibeli senilai 3,85
miliar dolar AS.
Ekonom senior DR. Rizal Ramli yang sejak awal prihatin dengan cara-cara
yang ditempuh pemerintah untuk mendapatkan saham mayoritas Freeport
Indonesia tak dapat menyembunyikan rasa kagetnya mendengar PT Inalum
tidak akan mendapatkan deviden selama dua tahun.
“Loh, gimana sih. Katanya kemarin sudah bisa mengambil alih,” ujar
Rizal Ramli dalam perbincangan dengan redaksi beberapa saat lalu.
“Niki pripun Pak De,” kata dia lagi bertanya.
Rizal Ramli termasuk dalam kelompok ekonom yang menilai pembelian saham
Freeport Indonesia sebagai kejanggalan. Ada keanehan yang dibungkus
jargon kebangsaan. Menurut hemat Rizal, sebenarnya Indonesia hanya
perlu menunggu sampai Kontrak Karya berakhir 2021, dan kemudian
memiliki perusahaan itu 100 persen.
(dem/rmol)