”Sudah banyak sekali keluhan yang masuk ke kami. Pengusaha tur juga mengeluh, karena dampaknya juga besar terhadap sektor pariwisata,” terang Irwan.
Namun, mesti sudah beberapa kali surat dikirim, sejauh ini belum ada tanggapan. ”Kewenangan Pemprov Sumbar tidak bisa mengurus langsung persoalan tiket,” kata dia.
Irwan juga menyorot kebijakan maskapai yang menerapkan bagasi berbayar. Efek berantainya, wisatawan jadi enggan berbelanja oleh-oleh. Sebab, harus membayar lebih untuk bagasi.
Penelusuran Padang Ekspres juga menunjukkan demikian. Meski memang tidak merata di semua pusat oleh-oleh.
Di pusat oleh-oleh khas Padang Sherly, misalnya, ada penurunan pembelian buah tangan. ”Untuk jual beli mulai awal pekan ini kita rasakan ada penurunan. Tapi, kita nggak tahu persisnya karena faktor apa,” kata Wiwi, karyawan Sherly.
Sebaliknya, bus-bus lintas provinsi justru mereguk berkah karena kenaikan harga tiket pesawat itu. Misalnya, bus ANS. Karyawan bagian tiket, Dasrul, menyampaikan bahwa terjadi lonjakan penumpang dalam dua hari terakhir.
”Mayoritas tujuannya Jakarta dan Bandung. Biasanya kita cuma satu bus yang berangkat, tapi sekarang dua bus dan itu selalu penuh,” ucapnya.
Lonjakan penumpang juga terjadi di NPM Padang. ”Ada terjadi lonjakan, dua bus yang kita berangkatkan dua hari belakangan ini selalu penuh. Beda dari hari biasanya, kebanyakan penumpang itu tujuannya Medan dan Jakarta,” kata Andri, karyawan bagian tiket NPM.
(jpc)