Apalagi sejauh ini, forsi berita terkait kebencanaan dan penanganan mulai berkurang ketimbang berita dengan isu yang sifatnya lebih umum. Bahkan cenderung lebih memperkuat forsi pemerintah. Padahal kata dia masih banyak informasi yang perlu dikembangkan. Utamanya dari persepsi korban bencana.
“Bantuan itu lebih kepada penguatan pengawasan proses rehabilitasi dan rekonstruksi,”jelasnya
Mustaqim menjelaskan, pengawasan proses rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana teramat penting dilakukan. Dan sepanjang yang ia ketahui pengawasan itu masih minim dilakukan.
Jauh lebih penting ujar dia jurnalis tetap bekerja dan mengawasi segala kebijakan terkait penanganan bencana. Minimnya pengawasan, sering kali menyebabkan penyelewengan anggaran. Serta distribusi bantuan yang tidak tepat sasaran.
“Ibaratnya kita memberi kail bukan ikan. Sehingga kawan-kawan bekerja dengan baik. Agar Palu dan masyarakatnya bisa bangkit bersama. Pemerintah pun juga dapat bekerja dalam pemulihan,”jelasnya.
Terkait karya yang diwajibkan pada penerima, menurut Mustaqim hal itu sebenarnya untuk membuktikan komitmen jurnalis dalam mengoptimalkan peralatan tersebut.
“Semoga bermanfaat bagi jurnalis dan masyarakat secara umum. Tapi ingat, jangan dijual,”demikian Mustaqim.
CFI adalah lembaga yang bergerak di bidang pembangunan media berupaya mendorong organisasi media di negara berkembang untuk memainkan peran yang lebih besar dalam isu-isu terkait pembangunan, dengan memperkuat ikatan kepercayaan antara jurnalis dan masyarakat sipil.
Pengembangan produksi yang inovatif, baik di tingkat nasional maupun lokal, membantu orang untuk memahami dan menghargai bagaimana mereka masing-masing dapat berkontribusi, dengan cara mereka sendiri, terhadap gerakan global.
(mdi/palu ekspres)