Oleh: Hasanuddin Atjo, Ketua Ispikani Sulawesi Tengah
KINI kita berada di era Industri 4.0 atau era melenial yang ditandai oleh maraknya pemanfaatan instrumen digitalisasi di berbagai aktifitas kehidupan. Hampir semua transaksi, pemantauan-pengamatan, proses perizinan, belajar-mengajar sampai kepada pertemuan mulai digantikan oleh instrumen ini.
Dampaknya adalah sejumlah bisnis konvensional seperti taxi, transaksi by cash, bisnis jasa seperti travel atau jasa pengurusan atau perantara sangat terpengaruh, bahkan ada yang pailit. Ini juga mulai dirasakan oleh bisnis transportasi udara, hotel dan penyewaan gedung, karena komunikasi dan dialog tidak harus pada satu tempat tertentu yang bertemu langsung tetapi mulai beralih ke tele konferens, skype, sampai ke vidio call yang relatif murah dan cepat. Bahkan ke depan jasa konsultasi medis atau hukum diprediksi juga dapat tergantikan oleh sistem ini.
Melambungnya harga tiket transportasi udara selain disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang melemah, dan adanya pilihan untuk transportasi darat karena fasilitas TOL atau Kereta api yang lebih cepat dan nyaman, juga disebabkan pertemuan dan rapat mulai beralih ke sistem digital. Maskapai tentunya mempunyai kewajiban membayar pinjaman, sehingga harus mengkalkulasi ulang harga tiketnya oleh karena faktor yang telah disebutkan tadi. Ini adalah sebuah dinamika dalam bisnis yang selalu berorientasi kepada daya saing.
Masih segar dalam ingatan, begitu tingginya protes dari peserta angkutan konvensional seperti taxi dan angkot terhadap taxi aplikasi, namun akhirnya bisa diterima karena sebuah kebutuhan.
Dunia kerja saat ini diisi sekitar 60 persen oleh gen Y atau generasi melenial (lahir setelah tahun 1980) dengan karakter update atau kekinian, adaptif, inovatif, tegas dan demokratis. Sisanya adalah gen X (lahir sebelum tahun 1980) dengan kebiasaan lebih kepada prosedural dan konvensional. Diantara gen Y dan X ada yang disebut gen Intercept atau irisan, namun prosentasenya kecil yang terdiri atas dua sub gen: pertama sub gen yang usia bilogisnya X, namun karakternya mengikuti gen Y. Kedua, adalah sub gen yang usia bilogisnya Y tetapi karakternya mengikuti gen X.