Kondisi Jalan di Desa Tinauka Kabupaten Donggala Memprihatinkan

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, DONGGALA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tengah, Muhammad Masykur, menyampaikan masih banyak pekerjaan  rumah yang harus segera direspon oleh pemerintah daerah, khususnya infrastruktur jalan di wilayah terpencil. Misalnya, di Desa Tinauka, Kecamatan Riopakava, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. 

Kondisi tersebut disampaikan Masykur setelah meninjau infrakstruktur di Desa Tinauka baru-baru ini. “Jika melihat kebutuhan perbaikan jalan penghubung antar dusun, tidak berat berat amat. Apalagi yang diharapkan warga bagaimana agar bisa dilalui dengan aman,” ujar Masykur melelui keterangan tertulis yang diterima Palu Ekspres, Minggu (17/2/2019). 

Bacaan Lainnya

Masykur berharap pemerintah daerah bisa memotret kondisi di Kecamatan Riopakava. Bahwa ada jalan yang dibuka secara swadaya oleh warga namun tidak layak dilalui. Sehingga   tugas pemerintah daerah menjadikannya mantap.

“Karena apa pun itu, kahadiran negara selalu dinanti oleh warga. Wujud negara hadir jika sudah nampak berupa realisasi atas pemenuhan kebutuhan mendesak warga,” ujarnya.

Menurut Masykur, sesuai apa yang dituturkan warga setempat, bahwa sudah terbilang dari tahun ke tahun potret seperti ini sudah dialami warga, termasuk urunan biaya swadaya perbaikannya dalam jumlah terbatas di lokasi transmigrasi.  

“Percepatan pembukaan akses jalan sebagai arus mobilitas warga di wilayah pinggiran, memang sudah sepatutnya dipacu dan diselaraskan dengan program pemerintah pusat, yakni visi pembangunan kawasan pinggiran,” kata Masykur. 

Pangka, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Tinauka, mengatakan, permasalahan yang utama ada di wilayah mereka adalah jalan yang menghubungkan antardusun II dan dusun III. Jalan tersebut, menurutnya, dibuka secara swadaya gotong royong oleh warga dengan tujuan agar tidak jauh dilalui karena jalan trasmigrasi yang dibangun jauh memutar dan rawan. 

“Karena dibuka secara swadaya, jadi ya kita semua tahu pasti tidak layak dan serba kekurangan. Tiap kali hujan jadi kubangan. Kemudian kami timbun lagi, tapi tidak tahan lama rusak lagi dan kembali seperti kubangan kerbau,” kata Pangka.

Pos terkait