PALU EKSPRES, PALU – Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) membantah lembaga ini lahir karena grand design isu terorisme yang dibangun negara-negara kapitalis sekaligus membantah adanya aliran dana dari negara tersebut.
Hal itu dikemukakan Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Letkol (laut) Setyo Pranowo, menjawab pertanyaan peserta dalam kegiatan rembuk aparatur kelurahan dan desa tentang literasi informasi melalui forum koordinasi pencegahan teroris (FKPT) Sulteng, Kamis 16 Mei 2019 di swisbell hotel Palu.
Peserta mempertanyakan santernya isu grand design teroris yang sengaja dibangun negara kapitalis paska runtuhnya pengaruh komunis Uni Soviet. Karena, paska keruntuhan itulah Islam dianggap satu- satunya saingan kapitalis.
Negara kapitalis selanjutnya merekayasa isu teroris melalui Islamic state in Irak and Syria (ISIS) yang kemudian meluas hingga ke Indonesia.
“Kalau misalnya ISIS itu rekayasa, kenapa banyak warga negara Indonesia yang ikut bergabung,”kata Setyo.
Setyo dalam pemaparannya mengaku tidak melihat ISIS bagian dari rekayasa kapitalis. Begitupun yang terjadi di Indonesia. Perkembangan teroris di Indonesia hemat dia lahir karena pemahaman agama yang salah. Bukan bagian dari grand design negara negara kapitalis.
“Isu grand designya adalah pembentukan BNPT di Indonesia.
Tidak pernah sama sekali BNPT menerima dana negara negara luar,”beber Setyo.
Dibagian lain, Setyo mengungkap bahwa pola penyebaran doktrin dan rekrutmen teroris terus mengalami perkembangan. Kini tidak lagi hanya sekedar saling bertatap muka. Melainkan melalui berbagai media.
Temuan terbaru kata dia bisa dilakukan melalui mediator game online.
“Sebutlah mobile legend. Para pemain dalam game online ini bisa saling berkomunikasi.
Ini sarana karena ada kontak langsung sesama pemainnya,”jelas Setyo
Untuk propaganda media sosial berkaitan penyebaran faham radikal, BNPT tambah dia mengantisipasinya dengan membentuk forum milenial counter isu.
“Jadi mereka ini juga bekerja propaganda dimedia sosial untuk anti teroris. Mereka berisi Milenial yang selalu siap mengcounter isu isu teroris,”demikian Setyo.