Berdasarkan kejadiannya, maka kita tidak dapat mengatasi bencana tipe pertama, hanya bisa menyesuaikan atau adaptif dengan keberadaanya. Sedangkan tipe bencana kedua dapat dikendalikan dan dikelola, tinggal bagaimana melakukan penataan wilayah hulu dan hilir. Karena itu diperlukan sebuah skenario atau strategi membangun di wilayah yang berada di pusaran bencana.
Kehadiran pusat studi kebencanaan di Sulawesi Tengah tentunya menjadi salah satu syarat utama. Ubah Menjadi Kekuatan Jepang adalah Negara dengan tingkat kebencanaan gempa dan tsunami yang tinggi. Proses yang berulang dari bencana itu dilengkapi dengan kekalahan Perang, dari Tentara Sekutu oleh jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki membuat masyarakat Jepang menjadi disiplin, komitmen, mau belajar serta konsisten.
Masyarakat Jepang patuh dengan “wilayah merah” yang telah terpetakan untuk tidak melaksanakan pembangunan, mereka patuh mengikuti aturan desain konstruksi anti gempa. Mereka telah terbiasa dengan proses mitigasi bencana bila musibah itu datang. Kebiasaan-kebiasaan ini membuat masyarakat Jepang memiliki etos dan budaya kerja yang baik, sehingga wajar kalau saat ini, Jepang telah menjadi Negara maju dihampir disemua aspek kehidupan.
Mengacu dari realitas di atas, maka Sulawesi Tengah dapat belajar dan mendalami serta menjadikan referensi bagaimana strategi Jepang membangun Negaranya yang juga berada di Pusaran Bencana seperti Sulawesi Tengah.
Kesemua ini tentunya berpulang kepada pemimpin dan masyarakatnya bagaimana mengubah tantangan menjadi sebuah kekuatan Sulawesi Tengah.
Kesemua ini tentunya berpulang kepada pemimpin dan masyarakatnya bagaimana mengubah tantangan menjadi sebuah kekuatan. Semoga.***