Jenis usahanya disesuaikan dengan potensi masing-masing wilayahnya. Ada usaha ekonomi pertanian, peternakan, industri kreatif, handycraft, makanan dan minuman dan lain-lain. Wilayah-wilayah itulah yang akan menjadi pusat ekonomi baru kita. Difasilitasi oleh Pemerintah, dikelola oleh warga dan faedahnya kembali ke warga dan Pemerintah.
Menurut ayah dari tiga putri ini, percepatan pembangunan Kota Palu pasca bencana adalah keniscayaan. Tak bisa ditawar-tawar. Ia menyadari bencana 28 September 2018 benar-benar meluluhlantakan pranata sosial ekonomi Kota ini. Tapi kita tak boleh patah semangat. Kota ini masih bisa kita bangun bertahap dengan percepatan.
“Saya meyakini itu. Saya belajar dari pengalaman bagaimana saya membangun bisnis media hingga seperti sekarang ini dan membangun bisnis lainnya. Ada banyak sumber daya manusia yang mumpuni, mereka tinggal digerakan, dipicu untuk bergerak,” hemat dia.
Peraih penghargaan Strong Man Jawa Pos pada 2000 ini menyampaikan bila dia ingin mencalonkan diri sebagai Wali Kota Palu, resep itulah yang akan diterapkan membangun kota. Ia yakin pendekatannya bisa berhasil.
“Tapi ini masih dalam ancang-ancang saya. Seperti kawan-kawan pengusaha saya yang lain, saya gregetan, gelisah melihat perkembangan kota ini tergolong lamban. Kita harus bergerak cepat, apalagi pasca bencana ini. Mau diapakan bekas tapak likuifaksi di Petobo dan Balaroa, mau diapakan bekas terjangan tsunami di Teluk Palu, itu mesti dipikirkan sesegera mungkin. Bergerak cepat. Seperti jargon Pak Jusuf Kalla; Lebih cepat lebih baik, saya kira harus begitu,” pandang salah satu sosok yang dekat dengan mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan ini. (jgb)