Pelatihan yang dilaksanakan oleh DKP Sulteng bekerjasama dengan STPL Palu ini kata Atjo, menjadi tantangan tersendiri untuk melahirkan pelaku usaha mandiri dan professional. Para pelaku usaha tersebut tidak lagi bergantung kepada pemerintah, dalam artian terus berharap bantuan agar bisa eksis. Ini juga tidak lepas dari peran pemerintah untuk melahirkan UMKM yang mandiri dan berdaya saing.
“Kita juga baru saja mendapatkan musibah, bukan berarti sudah terdampak dan terus mau dibantu. Semangat mandiri harus dibangun,” kata Ketua Ispakani Sulteng ini.
Atjo mencontohkan, pelaku usaha bandeng cabut duri yang merupakan binaan dari DKP Sulteng sudah memiliki usaha yang berkelanjutan. Sehingga, Atjo menilai, teknologi usaha bandeng cabut duri ini memiliki dampak langsung kepada masyarakat karena sudah bisa member azas manfaat, minimal bagi pelaku usaha itu sendiri.
“Tenaga- tenaganya itu sudah kita latih dan bisa mandiri. Mereka SDH memiliki keterampilan yang bisa mendatangkan pendapatan. Ini merupakan upaya menambah nilai tambah dari bandeng tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Paletihan Fonny Helmince sebelum pembukaan Pelatihan Produk Olahan Perikanan bagi Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil melaporkan jumlah peserta pelatihan sebanyak 25 orang, masing masingf berasal dari Kota Palu, Pulau Kabetan Tolitoli, dari Pulau Pasoso, Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong.
Fonny yang juga merupakan Kasi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pulau-pulau Kecil DKP Sulteng ini mengungkapkan, peserta kali ini juga melibatkan 5 mahasiswa STPL Palu. (fit/palu ekspres)