Refleksi untuk Kabupaten Buol, Sesudah Re-Set, Re-Search

  • Whatsapp

FOTO BERSAMA – Bupati Buol, Rudy Rauf, Kanwil ATR, PT HIP, Hartati Murdaya dan Suaminya, Widyawimarta Poo serta WALHI melakukan foto bersama. Foto: DOK PRIBADI

Oleh : Nur Sangadji (muhdrezas@yahoo.com)

Bacaan Lainnya

BARU kali ini, saya punya kesempatan duduk bersama tiga aktor maha penting dalam pembangunan. Pemerintah pada jajaran atas, dunia usaha papan atas dan NGO berkelas atas. Kegiatan acara duduk semeja ini, difasilitasi langsung oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Sofyan Jalil. Menghadirkan Bupati Buol, Dr. Amiruddin Rauf (SPoG), Kanwil ATR, PT HIP, Hartati Murdaya dan Suaminya, Widyawimarta Poo serta LSM Wahana Lingkungan Hidup (WALHI).

Para pihak ini bertemu untuk satu tajuk, lahan terlantar di Kabupaten Buol. Namun dalam bahasan berjalan, tergandeng persoalan berantai. Mulai dari penyimpangan pemanfaatan areal HGU, ketidaksesuaian teknis hingga tumpang tindih kepemilikan. Konsekwensinya, perusahaan berpandangan lahan mereka tidak cukup. Sementara aktor lokal beranggapan, tindakan perusahaan yang menanam di luar HGU dan tumpang tindih kepemilikan berkonsekensi hukum serius.

Pada waktu bersamaan, perusahaan berharap mendapat kompensasi lahan (untuk tidak disebut ekspansi). Masalahnya, pihak Kehutanan merespon hasrat tersebut dengan menerbitkan izin sekitar 10 ribuan hektar. Izin tersebut ditengarai terburu buru dan rawan serta dipandang cacat prosedur. Inilah sebab esensial yang membuat acara duduk semeja ini diadakan.


Saya mendapat kesempatan ke empat, setelah Kanwil, Bupati dan Staf teknisnya.Sebagai akademisi yang dihadirkan selaku penyusun KLHS (kajian lingkungan hidup strategis), saya mengulas dari aspek yang lain. Saya ingin bilang bahwa kita semua pasti punya itikad baik untuk membangun Indonesia. Dan, Kabupaten Buol adalah bagian tidak terpisahkan dari Indonesia itu. Jadi, sesunguhnya kita sedang duduk setara untuk bicara tentang pembangunan Indonesia, bukan pembangunan di Indonesia.


Rizali Djalengkara, karib ku yang ahli kebijakan publik dari Universitas Tadulako, danTim Asistensi Pemerintah Sulawesi Tengah, pernah membuat statement menarik. Kata beliau, setelah kajadian bencana gempa, tsunami dan liquifaksi yang melanda Palu, kita harus berubah. Istilahnya, “mere-set” cara kita berfikir (changing mindset) tentang pembangunan yang membasis pada bencana. Tapi, kalau mau jujur, sebenarnya konsepsi pembangunan jauh tempo sudah mengingatkannya.

Pos terkait