PALU EKSPRES, PALU– Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, Prof Dr KH Sagaf S Pettalongi MPd menyatakan sejatinya makna idul kurban atau hari raya idul adha menjadi penopang semangat kebangsaan untuk merajut kebersamaan dan persaudaraan dalam kebhinekaan.
“Iya. Di bulan Agustus ini ada dua momentum yang sangat penting, yaitu idul adha dan HUT kemerdekaan RI. HUT RI salah satu tujuannya untuk refleksi terhadap kebangsaan, maka idul adha menjadi penopang terhadap semangat kebangsaan lewat makna kurban, untuk bangun kebersamaan agar bersama-sama membangun Indonesia,” ucap Prof Dr KH Sagaf Pettalongi di Palu, Senin, 12 Agustus 2019.
Pernyataan Guru Besar Managemen Pendidikan ini berkaitan dengan makna idul kurban dan HUT Kemerdekaan RI dalam merajut kebersamaan dan solidaritas dalam bingkai kebhinekaan.
Prof Sagaf yang merupakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Tengah mengemukakan, Indonesia adalah negara yang dihuni berbagai suku, etnis dan agama.
Perbedaan-perbedaan itu, kata dia, tidak bisa dihindari. Karena kebhinekaan itu merupakan keniscayaan yang pasti akan terjadi dan ada.
Namun demikian, perbedaan itu bisa di satukan. Kurban pada hari raya idul adha menjadi perajut silaturahim, persaudaraan dan solidaritas antarsuku, agama, RAS di tanah air.
“Salah satu substansi dari kurban yakni keterbukaan. Yaitu keterbukaan untuk memberi maaf dan memaafkan, serta keterbukaan berbagai sesama manusia tanpa melihat latar belakang apapaun,” kata Prof Sagaf Pettalongi.
Olehnya, ia mengatakan, idul kurban dan HUT kemerdekaan memiliki keterkaitan yang sangat erat.
“Kita berharap nilai-nilai kurban dapat di implementasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari untuk perbaikan dan menata pembangunan kerukunan baik antarsuku, agama dan etnis,” ujar dia.
Ia menambahkan bahwa, umat Islam lewat hari raya nilai-nilai kurban harus menjadi penggerak utama pembangunan kerukunan antaragama, yang salah satu tujuannya mencegah tumbuh dan berkembangnya faham radikalisme dan ekstrimisme di tanah air.
“Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan itu telah diajarkan dan diperlihatkan oleh Nabi lewat Piagam Madinah. Olehnya, keteladanan Nabi dalam membangun kerukunan, harus menjadi rujukan,” katanya. (kia/palu ekspres)