Mulai Selasa 29 Oktober, Indonesia Stop Ekspor Bijih Nikel

  • Whatsapp

Sementara itu, PT Phapros Tbk (PEHA) melakukan ekspor perdana ke Peru. Anak usaha PT Kimia Farma Tbk itu mengekspor obat TBC guna memenuhi kebutuhan negeri tersebut.

Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami mengungkapkan, penjajakan ekspor dan impor dengan Peru berlangsung sejak akhir 2018. “Kami sebagai anak perusahaan BUMN saat itu mengetahui kebutuhan yang besar atas obat TBC di Peru, termasuk upaya untuk menekan prevalensi kasus penyakit tersebut di sana,” jelasnya kemarin.

Emmy –sapaan Sri Utami– menyatakan, Peru memiliki banyak perusahaan farmasi lokal. Namun, belum ada yang bisa memproduksi obat TBC. Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi kasus TBC di Peru merupakan yang tertinggi di Benua Amerika. Tingkat keberhasilan pengobatannya cenderung lambat (hanya sekitar 1,5 persen per tahun) dan perlu ditingkatkan hingga 4–5 persen untuk mengakhiri epidemi TBC dan penyakit menular lainnya pada 2030.

“Total nilai ekspor ke Peru masih di bawah Rp 5 miliar. Namun, kami optimistis nilainya bisa lebih besar seiring dengan adanya proyek tender pemerintah negara setempat,” paparnya.

Phapros pun membidik target kontribusi ekspor bisa mencapai 5 persen dari total penjualan. Sebelumnya, pada 2014, Phapros juga melakukan ekspor perdana ke Kamboja dengan mengirim 11 jenis produk.

Realisasi Produksi Nikel 2019
Januari: 145,35 ribu ton
Februari: 146,55 ribu ton
Maret: 144,64 ribu ton
April: 133,50 ribu ton
Mei: 160,48 ribu ton
Juni: 151,48 ribu ton
Juli: 174,021 ribu ton
Agustus: 160,563 ribu ton
September: 94,983 ribu ton

Sumber: Kementerian ESDM

(dee/vir/c14/oki/jpc)

Pos terkait