Museum Tsunami Kesennuma, Sejarah bagi Generasi Dunia

  • Whatsapp
Hasanuddin Atjo

PALU EKSPRES– Gempa beramplitudo 9.0 dan tsunami dahsyat mengguncang kawasan Tohoku di lepas pantai Samudera Pasifik, tepatnya wilayah timur Sendai, Honshu, Jumat 11 Maret 2011, Pukul 14.46. Bencana ini juga berdampak kuat terhadap Kota Kesennuma, Provinsi Miyagi. Wilayah ini terletak di bagian timur Jepang. Korban jiwa di wilayah ini sekitar 1.000 orang.

Kepala Bappeda Sulawesi tengah Dr. Hasanuddin Atjo yang melakukan kunjungan ke Jepang bersama beberapa OPD wilayah terdampak bencana di Sulteng yang difasilitasi JICA, menyempatkan diri berkunjung ke Kota Kesennuma, Provinsi Miyagi.

Ia menjelaskan di pesisir Kota Kesennuma terdapat sebuah kawasan industri perikanan yang di dalamnya terdapat pelabuhan perikanan dan sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Perikanan sebagai penyedia tenaga terampil dan bersertifikat.

Saat gempa dan tsunami setinggi sekitar 10 meter menyapu kawasan itu termasuk SMK Perikanan tersebut. Dan, sekitar 25 orang guru yang saat itu lagi bertugas dan 40-an orang pekerja konstruksi di SMK itu mengevakuasi diri ke lantai atas gedung (mitigasi vertikal) dan semuanya selamat.

Kini SMK tersebut dijadikan museum oleh Pemerintah Kota Kesennumma yang dikelola oleh swasta. Penetapan SMK itu sebagai salah satu museum di tahun 2014, dan mulai beroperasi komersial pada tahun 2019.

“Sejak Maret 2019 sampai November 2019, jumlah pengunjung sekitar 73 ribu orang dengan tarif per orang 600 yen atau sekitar 75 ribu rupiah,” kata Atjo.

Di dalam museum lanjutnya, ada ruangan theater yang menginformasikan dan menggambarkan kejadian tsunami itu yang materinya disusun dari semua dokumen yang terkumpul. Kemudian juga menceritakan keluarga muda yang saat itu lagi berada di dalam mobil dan keluar menyelamatkan diri. Namun sang suami dan anak tertua tidak selamat. Tinggalah si ibu muda bersama bayinya dan kemudian diceritakan bagaimana dia membesarkannya dan pada saatnya menceritakan ke anaknya di mana rumahnya dahulu, di mana bapaknya bersama saudaranya berada.

Hal yang tidak kalah pentingnya konstruksi bangunan dibiarkan begitu saja termasuk sampah dan barang bawaan tsunami yang berada di ruang kelas. Bahkan di lantai 3 gedung sekolah terdapat pohon Cemara dan di lantai 4 ada mobil yang terperangkap. Kesemuanya bertujuan sebagai pembenaran betapa dahsyatnya bencana tsunami tersebut.

Pos terkait