PALU EKSPRES, PALU – Selalu ada hikmah di balik sebuah peristwa. Matt (39) pakar reptil dari Australia bisa saja kecewa dengan hasil nihil yang ditorehnya. Tapi tidak bagi Suriani (48) dan suaminya Syafrudin (40). Pasangan penyintas likuefaksi Balaroa ini, termasuk yang diuntungkan di balik kegagalan penyelamatan buaya kalung ban itu.
Kepada Palu Ekspres, Suriani mengaku sejak kunjungan Matt dan Tim dari BKSDA Sulteng, trafik kunjungan warga di kawasan muara Sungai Palu, meningkat drastis. Tidak hanya pada siang hari. Malam hari bahkan subuh hari kunjungan warga cukup tinggi. Warga umumnya menunggu aksi heroik Matt yang kerap beraksi pada malam hingga dinihari.
Naiknya kunjungan warga membawa keuntungan bagi Suriani dan suaminya yang membuka jualan kopi, teh dan aneka penganan ringan di warungnya. Memanfaatkan bangunan bekas taman, Suriani cukup menyampirkan spanduk bekas di atasnya. Maka jadilah naungan teduh untuk memajang aneka jualannya.
Jualannya yang ramah kantong, membuat aneka jajanannya laku keras. Segelas kopi dan teh dibandrol Rp5 ribu. Sedangkan kopi susu Rp10 ribu, mie goreng dan pisang goreng Rp10 seporsi. Sejak kunjungan Matt, sehari ia bisa menangguk untung Rp500 ribu – Rp600 ribu. Pada hari hari biasanya, pasangan ini hanya bisa meraup Rp100 ribu per hari. Kini setelah Matt kembali ke negaranya, praktis kunjungan warga menurun drastis.
”Ya sudahlah kita kembali ke awal lagi,” sela suaminya sambil meracik kopi, mengomentari kepulangan penjinak buaya itu ke negara asalnya.
Seminggu terakhir, suami istri ini selalu bermalam di lapaknya. Pascakepulangan Matt ke negaranya, pasangan yang belum punya anak ini, mengaku kembali tidur di kos nya di Jalan Raja Moili. Suriani dan suaminya sebelumnya tinggal di Jalan Kelor – Palu Barat. Kediaman mereka hancur dihantam likuefaksi pada 28 September 2018 lalu. (kia/palu ekspres)