Oleh Hasanuddin Atjo
PILGUB Sulawesi Tengah, 23 September 2020 menjadi momentum penting dan strategis, melahirkan pasangan yang dinilai mempunyai kapasitas sebagai konseptor dan sekaligus eksekutor.
Dua kapasitas seperti ini menjadi kebutuhan dalam membawa keluar Sulawesi Tengah dari permasalahan mendasar yang tersisa, antara lain tingginya angka kemiskinan, pengangguran serta ketimpangan pendapatan antar wilayah.
Selain itu daerah ini sesungguhnya memiliki sumberdaya alam yang lengkap serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetetif, mulai tambang dan gas , pangan, dan parawisata. Ditambah lagi posisi strategis terhadap Ibukota Negara Baru, IKN di Kalimantan.
Di lima tahun terakhir yaitu antara 2015-2019, laju pertumbuhan ekonomi daerah ini tertinggi secara nasional yaitu antara 6,5 -15 % yang dominan disumbangkan oleh sektor tambang gas. Dan tentunya menjadi salah satu kebanggaan bagi daerah ini.
Disisi lain prestasi dalam menurunkan laju angka kemiskinan belum sebaik pertumbuhan ekonomi, sehingga ini akan menjadi salah satu pekerjaan rumah penting dan strategis bagi pasangan gubernur dan wakilnya yang nantinya terpilih.
Dalam lima tahun terakhir laju penurunan kemiskinan tingkat provinsi kurang lebih di angka 1%, yaitu dari 14,07 % di tahun 2015 turun ke 13,18 % di tahun 2019, dan berada di atas rata-rata nasional 9,22%. Laju penurunan kemiskinan ini disumbangan kinerjanya oleh 13 kabupaten/kota dalam menurunkan laju kemiskinannya masing-masing. Selama lima tahun laju penurunan kemiskinan di kabupaten dan kota bervariasi di angka 0,5%-2 %.
Kondisi ini ikut dipersulit oleh meningkatnya indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta disparitas pendapatan antar wilayah dan ditunjukkan oleh indeks Wiliansons. Ditambah lagi oleh pengaruh bencana multidampak yang terjadi 28 September 2018, utamanya di Kota Palu, Sigi dan Donggala serta Parigi Moutong. Sehingga boleh dikatakan persoalan kemiskinan di daerah ini bagaikan “benang kusut” yang menuntut desain dan perlakuan khusus untuk diurai kemudian dieksekusi.
Data menunjukkan bahwa kabupaten yang bebasis kepulauan seperti Bangkep dan Balut serta kabupaten berbasis tambang memiliki laju penurunan kemiskinan yang lebih tinggi sekitar 2 %. Sedangkan kabupaten berbasis agro (perkebunan, pertanian pangan dan peternakan), cenderung rendah antara 0,5-1 %.
Kondisi ini juga tergambar dari status desa di Sulawesi Tengah didasari Indeks Desa Membangun, IDM (2019). Dari 1.892 desa, sebanyak 7,60% berstatus sangat tertinggal; 51,68% desa tertinggal; 37,79% desa berkembang; 2,88% desa maju dan ; 0,05% berstatus desa Mandiri.
Kemampuan pasangan terpilih terhadap kapasitas observasi, mengurai dan menganalisis, serta mengkoordinasikan dengan semua pemangku kepentingan dari masalah yang ada, data yang ada, dan keunggulan yang ada menjadi penting dan strategis untuk melahirkan sebuah desain, skenario serta rencana aksi sebelum program itu di eksekusi.
Tuntutan kapasitas itu, akan diperberat lagi tuntutan era Industri 4.0, era milenial, serta era distrupsi yang hampir semuanya dipengaruhi oleh inovasi-teknologi berbasis digital yang suka dan tidak suka harus diakomodir.
Akhirnya, semua berpulang kepada pemilik hak usung untuk menjaring dan mendorong calon-calonnya ikut berkontestasi dalam pilgub 2020.
Pemilik hak suara tentunya akan menjatuhkan pilihan kepada pasangan yang ikut berkontestasi menurut keinginannya. Partisipasi pemilik hak suara menggunakan hak pilihnya antara lain dipengaruhi oleh kapasitas dari pasangan calon yang ikut berkontestasi, serta peran tim pemenangan dalam “menbranding” calonnya masing-masing.
Hampir semua berharap baik pemilik hak usung bersama perangkatnya, maupun pemilik hak suara kiranya menggunakan kewenangannya bagi tuntutan sebuah perubahan, sebuah kemajuan dalam Pilkada 2020.
Sebuah harapan besar kiranya Sulawesi Tengah bisa menjadi bagian dari Indonesia Hebat di tahun 2045. Pilkada 2020 menjadi “Kereta Terakhir” melahirkan “Driver handal” membawa masuk daerah ini ke era milenial, era digitalisasi, dan era distrupsi (perubahan tidak terlihat) yang semakin masif.
Selanjutnya membawa keluar daerah ini dari masalahnya, antara lain dengan menekan angka kemiskinan, melalui upaya mengurangi jumlah desa tertinggal dan melahirkan sejumlah desa maju dan mandiri melalui pemanfaatan sumberdayanya secara berkeadilan dan berkelanjutan. SEMOGA