Ramadhan Melatih Diri Rendah Hati

  • Whatsapp
Nurkhairi. Foto: istimewa

Setiap muslim seharusnya bersyukur bila mampu istiqamah dan menemukan nikmatnya beribadah. Bukan lantas menjadikan itu sebuah keistimewaan pribadi. Lalu berbangga dan menepuk dada, seakan semua itu adalah semata-mata perjuangannya.
Tanpa rahmat Allah, apa yang dibangga-banggakan tak akan diperoleh. Sehingga tidak sedikitpun alasan yang membenarkan seseorang menatap hina atau meremehkan orang-orang yang belum mendapat hidayah Allah SWT. Apalagi sampai mengklaim diri sebagai penghuni surga, sementara orang lain hanya layak bermukim di neraka.

Rendah hati dan kesantunan dalam bertutur kata adalah di antara ciri-ciri akhlak mulia. Ia mampu meluluhkan kerasnya hati orang yang mendengarkannya.
Suatu pagi, ulama tasawuf ternama, Ibrahim bin Adham berpapasan dengan seseorang yang telah sekian lama membencinya. Orang tersebut berkata dengan angkuh, “Wahai Ibrahim bin Adham, menurutmu mana yang lebih suci, antara jenggotmu dengan ekor anjingku?”, sambil menunjuk anjing yang sedang dituntunnya.
Sebuah pertanyaan bernada penghinaan. Namun Ibrahim bin Adham menyambutnya dengan senyuman ramah. Tak sedikitpun tampak perubahan roman wajahnya. Dengan santun Ibrahim menjawab, “Kalau jenggotku ini kelak masuk neraka, itu pertanda bahwa ekor anjingmu lebih suci dari jenggotku. Akan tetapi kalau jenggotku ini kelak berada di surga, maka itu pertanda jenggotku lebih suci dari ekor anjingmu.”
Kalimat itu meluncur biasa saja dari mulut Ibrahim. Tapi getarannya menjadi luar biasa di kuping dan hati orang yang membencinya. Orang tersebut seketika berlutut dan memeluk kaki Ibrahim bin Adham. Ia mengakui kesalahannya. Ia mohon dibimbing memeluk Islam dan diperkenankan menjadi murid Ibrahim.

Bacaan Lainnya

Sepuluh hari terakhir Ramadhan, adalah momentum untuk sungguh-sungguh berikhtiar merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta, dan berendah hati dalam pergaulan dengan sesama.
Kita tentu tidak berharap, cahaya amal ibadah kita mati oleh karena perasaan kita sendiri yang menganggap lebih sempurna dan mulia dari sesama. Yang diharapkan adalah keimanan kita tidak redup oleh kebanggaan kita karena telah mendapatkan penilaian dan pandangan yang baik dari orang lain.
Semoga hidayah dan ridha Allah senantiasa bersama kita, sehingga keluarga, daerah, bangsa, dan negara kita terselamatkan dari wabah virus corona, Amin ya Robbal ‘alamin.*

Pos terkait