Operasi Tinombala Tak Akan Dikendorkan

  • Whatsapp
Kapolda Sulteng. Foto: Humas Polda

PALU EKSPRES, PALU– Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Polisi Drs. Syafril Nursal, SH, MH menegaskan bahwa Operasi Tinombala yang digelar selama ini, berdasarkan evaluasi berhasil mengamankan orang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) maupun simpatisan MIT Poso.
Hal ini kembali ditegaskan Kapolda Sulteng di hadapan anggotanya pada saat memimpin apel pagi setelah dinyatakan negatif covid-19, Senin (15/6/2020), di Polda Sulteng.
Dalam pertemuan dengan sembilan tokoh Muslim Poso (2/6/2020) maupun dialog pagi dengan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Palu yang mengangkat topik “Sampai kapan operasi Tinombala Digelar ” Kapolda Sulteng menegaskan akan terus menggelar opresi Tinombala.
“Jangankan dihentikan, dikendorkan saja tidak boleh, Operasi Tinombala terus digelar,” kata Kapolda pada beberapa kesempatan.
Menurut Kapolda, ini juga untuk menjawab tuntutan beberapa pihak yang menginginkan Operasi Tinombala dihentikan. Kapolda Sulteng mengatakan Operasi Tinombala terus dilaksanakan karena produksi teroris yang berada di bawah tidak berhenti.
Hal itu dibuktikan dengan data dari tahun 2011 sampai dengan 2020, di mana tahun 2011 jumlah DPO yang di atas gunung berjumlah 11 orang, dalam Operasi Tinombala ditangkap 4 orang. Juga terjadi penangkapan di luar DPO sebanyak 7 orang dan itu adalah mereka-mereka yang akan bergabung di atas gunung dengan membawa peralatan untuk mendukung kegiatan di atas Gunung Biru Poso.
Kemudian di 2012 ada 7 orang DPO ditangkap, tahun 2013 DPO dari 7 orang menjadi 24 orang. Pada 2014 turun menjadi 20 orang, di mana 2 DPO ditangkap sedangkan 25 orang di luar DPO ikut ditangkap. Di tahun 2015, DPO tersisa 18 orang dan berhasil ditangkap 5 orang sementara di luar DPO ditangkap 23 orang. Namun tiba-tiba tahun 2016, DPO menjadi 41 orang. 32 DPO ditangkap dan 6 orang di luar DPO ikut ditangkap.
Tahun 2017 DPO turun menjadi 7 orang. Kemudian di tahun 2019 naik menjadi 10 orang dan ditangkap 3 orang. Dalam perkembangannya, DPO kembali bertambah menjadi 18 orang yang berada di atas Gunung Biru.
Dalam Operasi Tinombala tahap II 2020, Polri sudah menangkap 5 DPO dan 17 orang di luar DPO yang diketahui membawa peralatan termasuk bahan peledak untuk membuat bom.
“Jadi Operasi Tinombala itu baru bisa kita hentikan apabila semua teroris yang ada di Poso itu baik yang berada di atas gunung ataupun yang berada di bawah ditangkap dan diselesaikan masalahnya. Namun saat ini hanya dilakukan proses hukum penangkapan untuk yang berada di atas. Sedangkan yang di bawah tidak digarap. Persoalan di bawah ini bukan persoalan polisi, seperti contoh ada kelompok-kelompok di sana yang membina teroris, ada pesantren yang tidak jelas ijinnya, tidak jelas kurikulumnya, tidak jelas bahan ajarnya, tidak jelas pengajarnya, tidak jelas sikapnya. Itu bagian siapa yang melakukan pengawasannya. Itu tentu bagian pemerintah, termasuk pemerintah daerah.
Kementrian Agama misalnya kata Kapolda, mestinya melakukan penelitian soal ijin mendirikan pondok pesantren. “Kita tahu bagamaina masyarakat di sana terpapar, maka perlu upaya-upaya untuk merubah mindset mereka untuk tidak menjadi teroris atau pemerintah harus membuat programnya bagaimana mereka-mereka bisa diberikan pelatihan. Selama yang di bawah tidak dikelola dengan baik, maka operasi Tinombala ini tidak akan berhenti,” kata Syafril Nursal. (**/fit/palu ekspres)

Pos terkait