SANGAT MEMBANTU
Bantuan gratis itu tentu saja diapresiasi warga. Salah satunya disampaikan Salihun Laminudin (53). Perempuan asal Kelurahan Tavanjuka mengaku, selama ini mengaku menggunakan kacamata baca yang dibeli di pasar. Kacamatanya yang dibelinya aku ibu ini tanpa melalui pengukuran terlebih dahulu. ”Pas ada yang jual di pasar. Dipakai terasa pas, sudah langsung dibeli,” cerocos ibu ini yang mengaku harganya tak sampai seratus ribu.
Ibu Salihun mengaku memesan kacamata yang bisa untuk membaca dan sekaligus digunakan untuk aktivitas lainnya. Saban hari katanya, ia harus memeriksa pesan masuk di smartphone miliknya. Baik itu dari anak-anaknya maupun cucu dan kerabatnya. ”Kalau sudah ada kacamata ini bisa juga untuk menyulam dan baca-baca WA,” katanya terkekeh.
Menurut dr Neneng H Sahuna, dokter mata yang membuka di Smec Palu, mengatakan proses pengukuran kacamata sering dicoba menggunakan banyak lensa untuk menemukan ukuran yang tepat. ”Saran Saya agar dapat menggunakan ukuran kacamata yang tepat agar pandangan anda tetap optimal,” jelas dokter yang juga bertugas di RSUD Undata ini. Ia mengatakan, jika mengalami keluhan lebih lanjut seputar mata sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mata agar dapat segera diperiksa secara lebih lanjut sehingga jika mengalami masalah dapat segera diselesaikan dengan tepat.
Sementara Ketua Panitia Bakti Sosial Fifi Liputo mengaku, sambutan warga terhadap bagi-bagi kacamata gratis ini cukup tinggi. Sejak dibuka semalam pendaftarnya terus bertambah. Karena itu pekan depan bersama Liliana Center, kembali membuka pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis kepada warga lansia – tepatnya di Tatanga. Fifi menambahkan, warga yang hari ini sudah diperiksa baru akan mendapatkan kacamata gratis antara 3-4 hari. ”Kacamatanya masih dibuat dulu sesuai dengan ukuran masing-masing. Baru dibagi lewat koordinator masing-masing,” tutup Fifi.
Sementara Palu Ekpsres yang memantau harga kacamata di sejumlah toko kacamata di Kota Palu mendapati harga yang bervariasi. Yang termurah berkisar Rp300 ribu – Rp400 ribu. Menurut Ibu Salihun harga termurah kacatama itu dianggapnya cukup mahal untuk dirinya. Karena itu pembagian kacamata itu dirasakannya sangat membantu. Sedangkan bagi Imelda sendiri bakti sosial masih terus digelarnya sebagai bentuk empati terhadap warga yang secara ekonomi kurang beruntung. ”Pandemi covid membuat kita tidak bisa bertemu setiap saat. Tapi empati saya tetap ada untuk warga di kota ini,” pungkasnya. (kia/palu ekspres)