Sawit, Pendapatan Petani dan Bencana

  • Whatsapp
NUR sangadji
Nur Sang Adji. Foto: Dok

oleh : Nur Sangadji (muhdrezas@yahoo.com)

Judul ini saya modifikasi dari artikel sebelumnya :Pangan, Sawit dan Pendapatan Petani. Artikel itu saya tulis saat kunjungi Palopo dan Masamba. Tepat satu tahun lalu, 10 Juli 2019. Saya merasa penting mereproduksinya (rejuvenate) untuk menjadi pelajaran (lessons learned). Mengapa..? Sebab, kekuatiran saya terbukti. Bencana dan penyebabnya, terungkap.

Bacaan Lainnya

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menyatakannya. Kebun sawit, menurut KLHK adalah pemicu bencana Masamba, Luwu Utara saat ini (Suara Com/new/2020). Kita, seolah tidak pernah belajar dari setiap cobaan yang terus berulang. Bencana alam yang diakselerasi manusia ini (antropik), diduga bakal rawan menimpa semua wilyah tanah air secara bergilir. Karena, syarat penyebabnya mirip di hampir semua tempat. Semua tinggal menunggu waktu. Waspada.


H. Sakaruddin direktur Malindo (masyarakat lokal Indonesia) di Masamba Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Beliau mengundang saya menjadi pembicara. Dalam perjalanan Palopo Masamba, saya mencatat beberapa point mencemaskan. Saya lantas mengirimkan pesan dan foto ke sejumlah WA group, di mana saya ikut serta sebagai anggotanya.

Narasi pesan itu sebagai berikut. “Palopo menuju Masamba, 10/07/2019. Sawit menghantam ketahanan pangan negeri. Tumbuh di lahan sawah, di belakang rumah petani dan di areal pohon sagu. Satu rumpun pohon sagu itu bertahan hidup dari desakan pemusnahannya. Satu per satu, pohon sagu lenyap. Saya gelisah. Kapurung alias popeda, alias, onyop, alias, dui dll, akan menghilang dari meja makan kita. Janganlah…” Bukan sekedar karena saya pemakan kapurung. Tapi, lebih jauh. Rumpun sagu adalah ekosistem konservasi air yang sangat penting.


Pesan ini mendapat respon dari berbagai kalangan. Karib saya, asisten Bupati Sangihe memberi jawaban. “Beliau bilang setuju, perlu gerakan kedaulatan pangan lokal pak, Sangihe konsisten”. Beliau melanjutkan bahwa “kami bahkan mengamankan pasarnya via UMKM. Karena itu, kami menolak masuknya, wiralaba sejenis indomart dan sejenisnya”.

Senior saya, Kepala Kantor Wilayah
Sumatra Selatan, Moktar Deluma. Setelah membaca pesan tersebut. Seketika, beliau mengumpul semua kepala bidangnya. Beliau mengingatkan “agar menjaga keseimbangan peruntukan kawasan. Jaga pangan lokal kita yang menjadi konsumsi mayoritas warga di situ”.

Pos terkait