PALU EKSPRES, PALU– Siapa pun Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu periode 2020-2024 yang terpilih nanti, itu sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Ketetapan ini tidak bisa diubah dengan fitnah dan caci maki. Begitu pendapat Wali Kota Palu Hidayat sekaligus bakal calon wali kota pada Pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang.
“Nama Itu sudah dalam ketetapan Allah SWT. Siapa yang akan memimpin ke depan. Ia bisa diubah hanya dengan doa dan ikhtiar. Bukan dengan caci maki, fitnah apalagi bagi-bagi beras,” kata Hidayat, Senin 21 September 2020. Argumentasi ini ia akui untuk menanggapi tudingan-tudingan berbagai pihak yang punya kepentingan politik dalam kontestasi Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu.
Iapun mengaku, penyaluran dana santunan duka tahap 2 yang dilakukan Jumat pekan lalu di Kantor Wali Kota Palu juga tidak lepas dari fitnah dan tudingan tidak berdasar. “Orangnya itu-itu saja. Disebutlah turunnya dana santunan duka itu terindikasi korupsi dan dikait-kaitkan dengan politik,” kata Hidayat.
Padahal menurutnya, dana itu bisa turun atas perjuangan semua pihak terkait. “Begitu dana yang kita perjuangkan itu turun, malah dibilang lagi indikasi harus diperiksa karena korupsi. Eh, kan gitu bahasanya. Itu- itu lagi yang bicara,” katanya.
Mestinya ujar Hidayat, semua komponen masyarakat diharap berjuang bersama untuk bagaimana dana itu bisa turun. “Kan dana itu masuk rekening pribadi masing-masing ahli waris. Tidak masuk kas daerah. Tidak masuk di keuangam atau Bappeda. Itu langsung ke rekening bank mandiri,” tuturnya.
Seharusnya pihak-pihak yang ia akui menuding dengan hal tidak mendasar itu ikut bersyukur atas turunnya dana santunan duka itu. Atau ikut berdoa kepada Allah SWT agar dana demikian bisa kembali diturunkan untuk kepentingan korban bencana. “Bukan justru lebih menuding yang tidak-tidak. Tolonglah, bersihkan itu hati. Jernihkan pemikiran. Korban bencana ini masih membutuhkan bantuan. Apalagi datang lagi Corona ini, coba bantu saya. Jangan biarkan saya sendiri bekerja,”ucapnya.
Atau paling tidak, jika tidak mampu ikut membantu untuk berjuang dalam pemulihan bencana, sekiranya ikut membantu dalam bentuk doa. “Kalau tidak mampu membantu saya bekerja, maka berdoalah. Supaya dana itu bertubi-tubi turun. Tapi Kalau tidak mampu berdoa, maka lebih baik diam. Orang-orang ini dari dulu cuma tau teriak-teriak,”katanya.