(Bagian Pertama)
Oleh Hasanuddin Atjo
Pandemic Covid-19 telah membuat situasi dan kondisi ekonomi global porak-poranda. Pada tiga triwulan, TW tahun 2020 , hampir semua negara mengalami pertumbuhan ekonomi berkonstraksi negatif. Bagi negara dengan pendapatan perkapita dan cadangan devisa yang tinggi, tidak begitu bersoal karena dapat saja mengimpor kebutuhan pangannya, dibanding dengan negara berpendapatan perkapita dan cadangan devisa yang rendah.
Ekonomi Indonesia TW 1, 2020 hanya tumbuh 2,97 persen lebih rendah dari TW 1, 2019 yaitu 5,2 persen. Pada TW 2 ekonomi negeri ini terperosok lebih dalam lagi dan tumbuh minus 5,32 persen. Dan selanjutnya di TW 3, diperkirakan. tumbuh lebih baik antara minus 2,9 hingga minus 1 persen. Situasi ini kemudian menempatkan Indonesia salah satu negara yang mengalami resesi ekonomi teknikal karena dua TW berurut-turut tumbuh negatif.
Secara regional Sulawesi Tengah di TW1, 2020 ekonominya tumbuh sebesar 4,91 persen lebih rendah dari TW1, 2019 yaitu mendekati 7 persen. Selanjutnya di TW 2, 2020 tumbuh minus 0,06 persen dan menempatkan Sulteng di urutan 2 tertinggi nasional setelah Papua. Dan diprediksi di TW 3 ekonomi Sulteng akan tumbuh positif 2-3 persen.
Pada triwulan dua , tahun 2020 secara nasional hanya ada tiga sektor yang tumbuh positif yaitu sektor Pertanian-Kehutanan dan Perikanan; Pengadaan Air serta sektor Telekomunikasi- informasi. Sedangkan regional Sulteng yang tumbuh positif pada saat itu adalah
Industri Pengolahan terutama nikel dan gas , serta sektor Tambang dan Galian.
Dari ulasan di atas menujukkan bahwa; Pertama, secara nasional di masa pandemic Covid-19 sektor yang tumbuh positif ternyata yang berhubungan dengan kehidupan yaitu sektor pangan dan air. Hal ini sesuai dengan filosofi “berperang” bahwa untuk menang bertempur , kuncinya harus menguasai pangan dan energi. Kedua, Indonesia meski masuk negara dengan pendapatan menengah di level bawah dengan cadangan devisa kategori sedang, dan utang relatif besar, dampak dari pandemic Covid-19 terlihat tidak berpengaruh signifikan bagi penyediaan pangan, karena negeri ini terus mendorong laju produksi pangannya.