(Bagian pertama)
Oleh Hasanuddin Atjo (Tenaga ahli Menko Maritim-Investasi)
Kamis, tanggal 22 Oktober 2020 bertempat di Best Western Hotel Palu, berlangsung dialog bertopik pemulihan ekonomi Sulteng akibat dampak pandemi Covid-19.
Dialog ini difasilitasi Bank Sulteng dan menghadirkan empat orang narasumber yaitu Gubernur Longki Djanggola, Rektor Untad Mahfudz, Ketua OJK, Gamal Abdul Kahar dan enterpreuner, Hasanuddin Atjo.
Terungkap dalam dialog itu bahwa wabah pandemic Covid-19 sangat berdampak bagi ekonomi nasional dan regional Sulawesi Tengah. Di triwulan satu 2020, pertumbuhan ekonomi nasional anjlok menjadi 2,97 persen dibandingkan trwulan satu 2019 sebesar 5,2 persen.
Sulawesi Tengah di periode yang sama turun menjadi 4,91 persen dari 7 persen di triwulan satu 2019.
Di triwulan II ekonomi nasional terperosok lebih dalam lagi menjadi minus 5,32 persen dan Sulawesi Tengah minus 0,06 persen. Data menunjukkan hingga triwulan II 2020, sektor yang tumbuh positif terhadap ekonomi nasional, yaitu sektor pangan (perikanan dan pertanian), telekomunikasi dan informasi, serta pengadaan air.
Sementara itu di Sulteng di periode yang sama hanya ada dua sektor tumbuh positif, industri pengolahan terutama gas dan nikel serta galian dan tambang. Sedangkan sektor lainnya termasuk pangan tumbuh negatif. Pertumbuhan negatif pada sektor pangan sangat berdampak terhadap daya beli masyarakat yang bekerja di sektor itu, dan ini ditandai dengan nilai tukar petani, NTP yang terus menurun kurang dari 100 persen. Catatan yang ada menujukkan hampir 70 persen masyarakat di Sulteng bekerja di sektor terkait dengan pangan.
Karena itu, kedepan sektor pangan di Sulteng harus menjadi salah satu prioritas dan tumpuan ekonomi dengan harapan (1) mengurangi kemiskinan maupun ketimpangan, yang tinggi; (2) untuk memenuhi permintaan pangan, khususnya ekspor yang cenderung meningkat, meskipun dalam kondisi pandemic seperti ini; dan (3) meningkatkan indeks kapasitas fiskal provinsi dan kabupaten yang tergolong kategori sangat rendah dan rendah.
Udang salah satu komoditas di sub sektor perikanan dan secara global permintaannya terus meningkat. Tercatat devisa dari sektor ini di tahun 2019 hampir separuh dari total devisa perikanan yaitu 1,3 milyar dolar US dengan produksi sekitar 500 ribu ton dan ekspor baru mendekati 130 ribu ton. Sedangkan kemampuan suply dunia diperkirakan hanya sebesar 4 juta ton dari kebutuhan 6 juta ton.