Oleh Hasanuddin Atjo
Kali ini tidur lebih cepat dari biasa, boleh jadi karena kelelahan, sehari melaksanakan supervisi di salah satu project purnabakti.
Sekitar pukul tiga dini hari tiba-tiba terbangun dan mata tidak mau lagi kompromi untuk melanjutkan tidur. Padahal situasi sangat mendukung karena suara hujan rintik terdengar sayup jatuh di atas atap spandek.
Setelah dihitung lama waktu tidur, sudah lebih dari cukup berdasarkan standar minimal sekitar enam jam. Dan seperti biasa, saya membuka android untuk kembali mengetik artikel terkait dengan pengalaman di hari kemarin.
Saya merewind atau kilas balik dari pekerjaan mengevaluasi salah satu project bangunan sipil. Sengaja dikerjakan tukang setempat yang bertujuan untuk pemberdayaan, apalagi dalam situasi pandemic Covid-19, banyak pengangguran.
Pengawas project memberi saran ke tukang terkait dengan pekerjaan plester dinding yang terlihat kasat mata kurang lurus dan agak miring. Dan respon si tukang sudah diduga bahwa dia pasti akan berargumen dengan kualitas pekerjaannya.
“Sudah lama kami bekerja pak” !dan baru sekarang ini ada yang kasih saran dengan pekerjaan yang kami kerjakan. Dia terus berceloteh tentang beberapa pekerjaan besar yang pernah ditanganinya sambil menyebut tempat bangunan itu.
Saya dan pengawas masih terus mendengar ocehannya dan dia bertambah semangat bercerita. Mungkin karena saya tersenyum senyum mendengarnya, dan dia beranggapan bahwa saya merasa kagum. Sementara si pengawas, alis matanya terlihat agak meninggi pertanda kesal.
Saya berbisik ke pengawas “diam saja, nanti kita evaluasi”. Kemudian di tempat terpisah saya katakan ke pengawas: tukang kita ini terjebak dengan cara berpikir masa lalu, tidak mau menerima masukan atau saran. Ini pasti susah bersaing dan maju.
Kemudian teringat pengalaman di waktu masih aktif sebagai kepala OPD . Ada sejumlah staf yang juga masih terjebak dengan pikiran di masa lalu. Dia memberi agumen “bahwa dulu dengan cara kami berbudidaya udang juga berhasil lumayan pak”. Jadi kalau budidaya udang kami juga tidak ketinggalan.
Dia tidak paham dan tau bahwa teknologi berbudidaya sudah jauh berkembang dan standar berhasil juga jauh lebih tinggi. Dan satu saat saya mengajak mereka untuk melihat teknologi budidaya udang supra intensif di Kabupaten Barru, Sulsel.