S e p e l e

  • Whatsapp
NUR sangadji
Nur Sang Adji. Foto: Dok

Oleh Muhd Nur Sangadji

Sebuah kisah yang diberi judul sepele, beredar luas di WA grup. Kisah berisi nasehat itu bernarasi seperti berikut ;

Bacaan Lainnya

Seorang wanita muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bis, seorang wanita tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis dan duduk di samping wanita muda tadi. Tas-tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit.

Seorang pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal, dan bertanya kepada wanita muda itu, “Kenapa kamu tidak bicara saja, katakan pada wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu…”

Wanita muda itu menjawab sambil tersenyum: “Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini, perjalanan bersama kita ini terlalu singkat. Saya juga akan turun di perhentian bis berikutnya di depan nanti”

Penulis kisah ini lalu beri apresiasi sekaligus hikmah dan nasehat. Isinya sebagai berikut ;

Jawaban wanita muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf emas: “Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele. Perjalanan kita bersama amat singkat.”


Lama saya merenung atas kisah ini. Tapi, kian lama, saya makin berfikir terbalik. Seolah wanita muda ini selamat dari kesia-siaan waktu. Bila, dia membuang konsentrasi, hanya untuk menegur wanita tua yang bertindak keliru.

Padahal, pada saat bersamaan, dia membuang kesempatan untuk memperbaiki prilaku. Itulah hakekat anjuran. Dia membawa dua syarat. Ajak orang pada kebaikan dan cegah mereka dari kekeliruan. Semua agama membawa misi ini.

Dan menurut hemat saya, kedua-duanya tidak dilakukan oleh si wanita muda tersebut. Bukankah, dia bisa sampaikan dengan santun (tidak kasar) dan tanpa berdebat. Paling-paling, resiko sosialnya akan dimusuhi si wanita tua tersebut.


Iya, semua agama karena tugas pembawa agama (baca : nabi) adalah memperbaiki perilaku. Dan, semua nabi adalah orang baik. Orang baik pasti disayangi semua orang. Faktanya, hampir semua nabi punya musuh. Mangapa bisa ? Karena, selain baik, dia juga menyeru pada kebaikan dan kebenaran. Misi ini bernama seruan alias ajakan. Di peran yang terakhir ini lah, para nabi memproduksi musuh.

Pos terkait