PALU EKSPRES, MAMUJU – Pengungsi Perempuan, lansia dan anak-anak yang mengungsi di Kantor Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat, mengeluhkan tidak adanya air bersih di tenda pengungsian. Sejak hari pertama di pengungsian hingga Selasa 19 Januari 2021, tidak pernah mendapatkan pasokan air bersih. Praktis, untuk memenuhi kebutuhan air minum, warga harus bolak balik ke kediaman mereka yang berjarak satu kilometer dari pengungsian.
Asrianti (22) yang sedang bersama dengan anak kecilnya, mengaku selama lima hari di pengungsian, ia sangat kekurangan air bersih untuk menanak nasi maupun sekadar untuk membuat susu bagi anak perempuannya yang berumur satu tahun. Untuk mendapatkan air minum terpaksa meminta sesama pengungsi, bahkan kadang tidak mendapatkan air jika kebetulan tetangga tidak ada persediaan.
Tak hanya air bersih, kebutuhan makan anak balitanya juga menipis, sementara bantuan yang baru sekali didapatkannya, tak pernah ada makanan untuk anak bayi seumuran anaknya. ”Kita tidak tahu mengadu kemana, kecuali pasrah,” ungkapnya.
Penyintas asal Kelurahan Rangas Kecamatan Simboro – Mamuju ini mengaku belum berani pulang ke kediamannya karena khawatir ada gempa susulan.
Keluhan yang sama disampaikan Wahyu (32) warga asal Kelurahan Rangas lainnya. Menurut dia, saban hari ia harus bolak balik ke kediamannya yang berjarak satu kilometer dari tempat pengungsiannya, untuk mengambil berbagai kebutuhan. ”Yang paling dirasakan adalah air bersih. Sejak hari pertama tidak ada bantuan dari pemerintah maupun relawan,” katanya.
Di kompleks pengungsian aku Wahyu, ada sumber air bersih milik Dinas Sosial yang mereka bisa gunakan. Sayangnya, banyaknya pengungsi yang mendirikan tenda membuat ketersediaan air bersih selalu tidak cukup. Tak jarang mereka harus marah kepada pegawai di Dinas Sosial untuk sekadar mendapat seember air. ”Kalo malam hari pas butuh air minum untuk anak terpaksa balik lagi ke rumah,” katanya menambahkan.
Selain air minum, kawasan tempat mereka mengungsi tidak ada aliran listrik. Pada malam hari gelap. Makan malam kadang disiasati denngan menggunakan sorot lampu motor. Kebutuhan dasar di kompleks pengungsi seperti MCK juga ikut dikeluhkan. Di Kompleks pengungsian kantor Dinas Sosial – didiami sedikitnya 10 kepala keluarga. Mayoritas mereka berasal dari wilayah yang sama – Kelurahan Simboro – Mamuju. (kia/palu ekspres)