Kelima, ajarkan netiquette. Netiquette atau netiket merupakan etika komunikasi di dunia maya atau sering juga diartikan sebagai adab pergaulan di dunia maya. Poin ini amat penting untuk dipelajari oleh guru untuk kemudian diajarkan kepada peserta didik agar pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga karakter. Bagaimana menyapa, menghargai pendapat orang lain, menghargai usaha orang lain, menghargai privasi orang lain, mengatur jadwal pertemuan tatap maya, hingga berusaha tampil fresh saat mengajarakan merepresentasikan nilai-nilai karakter sekaligus professionalisme seorang guru. Tambahan pula, peserta didik akan mempelajari sekaligus menyadari makna penting nilai-nilai karakter yang diajarkan oleh guru mereka tersebut melalui pertemuan tatap maya atau daring.
Keenam, edukasi yang memotivasi. Apabila proses belajar mengajar dilaksanakan di wilayah yang belum tersentuh akses internet, maka para guru tak perlu berkecil hati. Masih ada langkah yang dapat dilakukan, yaitu mengunjungi peserta didik. Namun, perlu diingat bahwa protocol kesehatan dan keselamatan siswa dan guru harus diutamakan. Opsi kunjungan ini tak sekadar untuk memberikan materi, tetapi juga memotivasi peserta didik agar tetap semangat selama belajar dari rumah.
Selain itu, pembelajaran di wilayah yang terdampak bencana alam dengan kapasitas akses dan kuota internet yang terbatas juga dapat dilakukan dengan mengedepankan upaya dukungan psikososial melalui seni semisal bernyanyi, membuat prakarya, permainan seru seperti tebak kata, mengisi kalimat rumpang sederhana, atau melengkapi kosa kata Bahasa Inggris yang rumpang guna memberikan penguatan serta pendampingan peserta didik yang mengalami trauma pascabencana alam.
Dengan enam poin yang dipaparkan di atas, semoga para guru bahasa Inggris, baik yang tengah melakukan proses belajar mengajar secara luring dan daring, secara daring maupun yang tengah berjuang mendidik di wilayah-wilayah terdampak bencana alam, dapat terus menguatkan sinergi mereka dengan teknologi seeing kompetensi literasi digital dapat terus ditingkatkan dan tujuan pembelajaran yang meliputi pengembangan potensi, keterampilan peserta didik, dan penanaman karakter demi terciptanya generasi yang unggul dan berkarakter akan tercapai.***