Oleh MHD. Natsir (Pendidik di Jurusan PLS FIP UNP Padang)
TUHAN menciptakan manusia sama halnya dengan makhluk hidup lainnya. Tetapi manusia dibekali dengan akal yang harus diasah agar bisa memberikan manfaat bagi seluruh alam. Kemampuan manusia untuk mengasah akal akan menentukan eksistensi dan kualitasnya sebagai manusia. Ketika berhasil, maka manusia akan menjadi makhluk paling mulia. Sebaliknya kegagalan manusia mengelola akalnya akan mengakibatkannya lebih hina dari hewan.
Begitu banyak mereka yang gagal mengelola akalnya. Sehingga kemampuan akal tidak bisa digunakan untuk memberikan manfaat bagi lingkungan. Bahkan sebaliknya, akal yang dimiliki hanya untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan manusia yang lainnya. Berulang-ulangnya tindakan korupsi dan banjir yang diakibatkan oleh rusaknya hutan hanyalah di antara contoh manusia-manusia yang gagal mengelola akalnya.
Bagaimana tidak? Seharusnya setiap manusia mampu mendayagunakan akalnya untuk berfikir dan tidak melakukan korupsi setelah melihat kerugian yang ditimbulkannya. Begitu juga pembabatan hutan yang menyebabkan banjir, dengan korban jiwa dan harta yang tidak terhitung banyaknya. Sungguh banyak peristiwa di alam ini yang dapat merangsang fungsi akal bekerja, namun sebagian manusia hanya melewatkan begitu saja. Dalam al-Mu’jam al-Wasith (p. 616-617), juga dijelaskan bahwa kata al-‘Aql merupakan salah satu bentuk derivasi dari akar kata “aqala’ yang berarti memikirkan hakekat di balik suatu kejadian. Sehingga sangatlah wajar Allah SWT mengingatkan manusia sampai 13 kali dalam Al Qur’an agar menggunakan akalnya untuk memikirkan dari setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini.
Oleh sebab itu, agar kemampuan akal yang diberikan Allah SWT dapat berkembang dengan baik, maka semestinyalah manusia melewati proses belajar selama hidupnya. Karena sejak dilahirkan ke dunia manusia sudah dituntut untuk belajar. Belajar untuk makan, merangkak, duduk, berdiri, berjalan dan berlari, sehingga dia bisa meraih apa yang diinginkan. Belajar sepanjang hayat, mulai dari ayunan sampai ke liang lahat. Belajar di mana saja dengan menjadikan alam sebagai sumber belajar dan guru terbaik. Memahami belajar sebagai salah satu tugas yang diberikan Allah SWT kepada manusia di dunia ini. Sehingga dengan belajar manusia tidak hanya menegaskan statusnya lebih tinggi dari hewan, tetapi juga mulia di sisi Tuhan dan masyarakatnya.